Hasil riset Katadata Insight Center (KIC) bersama Change.org menunjukkan, masih ada sebagian masyarakat yang tidak percaya dengan vaksin corona Covid-19. Mayoritas atau 48,4% responden tak percaya karena individu masih bisa terkena corona setelah vaksinasi. Alhasil, mereka menilai tak ada gunanya melakukan vaksinasi corona.
Sebanyak 41% responden yang tak percaya vaksin corona karena ingin membiarkan terbangunnya kekebalan tubuh secara natural. Kemudian, ada 34,2% responden yang beralasan karena tak percaya kepada pemerintah.
Ada pula 32,3% responden yang tidak percaya vaksin corona pada umumnya. Sebanyak 24,8% responden tak percaya vaksin corona karena menganggap hal tersebut hanyalah akal-akalan industri farmasi.
Sebanyak 21,7% responden tak percaya vaksin corona karena menganggapnya tidak halal. Sebanyak 15,5% responden tak mempercayai vaksin corona karena terpengaruh oleh tokoh panutannya.
Kemudian, 12,4% responden yang tak percaya vaksin corona karena menganggapnya berbahaya, bahkan bisa menyebabkan kematian. Ada pula 7,1% responden yang merasa takut dimasukkan chip pengintai ketika mengikuti vaksinasi corona.
Responden yang tak percaya vaksin karena merasa sudah punya kekebalan alami setelah terinfeksi corona sebesar 5,6%. Sedangkan, ada 7,1% responden lainnya yang tak percaya vaksin karena alasan lainnya.
Vaksin memang tidak mencegah masyarakat terinfeksi corona. Meski demikian, vaksin dapat menurunkan risiko kematian akibat virus tersebut.
Atas dasar itu, masyarakat diimbau untuk mengikuti program vaksinasi corona yang telah berjalan. Selain itu, masyarakat perlu mencegah penularan corona dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun.
(Baca: Kemenkes: Vaksin Efektif Turunkan Risiko Kematian Covid-19)
Adapun, KIC dan Change.org melakukan survei secara daring terhadap terhadap 8.299 responden di seluruh Indonesia pada 6-22 Agustus 2021. Dari jumlah tersebut, ada 322 responden yang mengaku tak percaya vaksin corona.