Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten, ada 520.561 kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang dialami warga Banten selama periode Januari-Juli 2023.
Jumlah tersebut dihimpun berdasarkan catatan kasus ISPA yang ditemukan di fasilitas dan pelayanan kesehatan masyarakat di Banten.
Adapun kasus ISPA di Banten paling banyak terjadi pada balita atau anak di bawah usia lima tahun. Selama Januari-Juli 2023 sudah ada 191.033 kasus balita ISPA, terdiri dari kasus pneumonia berat dan bukan pneumonia berat.
Kasus terbanyak berikutnya terjadi pada kelompok usia 9-60 tahun yaitu 185.492 kasus pada periode sama, diikuti kelompok usia 5-9 tahun 91.532 kasus, dan usia 60 ke atas 52.504 kasus.
"Terdapat peningkatan kasus ISPA dalam hal batuk bukan pneumonia periode Januari-Juli 2023 dibandingkan periode sama tahun 2022," kata Kepala Dinkes Banten Ati Pramudji Hastuti, dilansir dari Kompas.com, Jumat (8/9/2023).
(Baca: Tangani ISPA Polusi Udara, Kemenkes Siapkan 740 Fasilitas Kesehatan di Jabodetabek)
Ati menjelaskan tingginya kasus ISPA di Banten didorong oleh beberapa faktor, seperti cuaca panas dan kualitas udara yang buruk.
"Banyak masyarakat yang sakit tenggorokan dan batuk pilek saat ini, penyebabnya banyak hal, faktor cuaca, debu, dan polusi udara yang menyebabkan alergi dan iritasi saluran pernapasan," papar Ati.
Kepala Bidan Sumber Daya Kesehatan (SDK) Dinkes Banten Dendi menambahkan, ISPA juga dapat disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur.
"ISPA ini bisa disebabkan oleh banyak hal, dan yang sekarang tren adalah polusi udara. Karbon dan zat (dari polusi udara) itu menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan," jelas Dendi.
Ia juga menjelaskan jika ISPA dapat menyebar dengan mudah dari orang ke orang, terutama melalui dahak atau bersin. "Menghindari kontak dengan orang yang sakit adalah langkah-langkah pencegahan," kata Dendi.
(Baca: Bisa Picu Penyakit, Ini Daftar Polutan yang Mencemari Udara Jakarta)