Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Jumlah Koperasi Industri Kecil Kerajinan Rakyat (Kopinkra) di DKI Jakarta pada tahun 2024 sebanyak 29 koperasi. Data historis menunjukkan fluktuasi yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Tahun 2018 mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 428.57% dibandingkan tahun sebelumnya, diikuti penurunan tajam turun 58.11% pada tahun 2019. Pertumbuhan terakhir pada tahun 2024 menunjukkan peningkatan sebesar 31.82% dibandingkan tahun 2021 yang berada di angka 22 koperasi.
Secara umum, jumlah Kopinkra di DKI Jakarta mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan rata-rata 5 tahun terakhir (2018-2022). Rata-rata jumlah Kopinkra dalam periode tersebut adalah sekitar 31.2 koperasi, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2024. Namun jika dibandingkan dengan rata-rata 3 tahun terakhir (2020-2022) yang mencapai 27.3 koperasi, tahun 2024 menunjukkan peningkatan yang lebih baik.
(Baca: Kredit Bank Umum Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Periode 2015-2025)
Dari sisi ranking, DKI Jakarta menduduki peringkat ke-6 di Pulau Jawa untuk jumlah Kopinkra pada tahun 2024. Peringkat ini tidak berubah dalam 5 tahun terakhir. Secara nasional, DKI Jakarta berada di peringkat ke-25, sedikit membaik dibandingkan tahun 2021 yang berada di peringkat ke-26. Tahun 2019 menjadi tahun dengan peringkat terburuk dalam lima tahun terakhir, yaitu peringkat ke-29.
Kenaikan tertinggi dalam data historis terjadi pada tahun 2018, dengan pertumbuhan mencapai 428.57% yang menunjukkan peningkatan signifikan jumlah Kopinkra. Sebaliknya, penurunan terendah terjadi pada tahun 2019, dengan penurunan -58.11%. Fluktuasi ini menunjukkan dinamika yang cukup tinggi dalam perkembangan Kopinkra di DKI Jakarta.
Anomali terjadi pada tahun 2019, di mana terjadi penurunan drastis setelah peningkatan signifikan pada tahun 2018. Penurunan ini perlu menjadi perhatian untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan Kopinkra di DKI Jakarta. Dibandingkan dengan kondisi 3 atau 5 tahun terakhir, tahun 2019 menunjukkan penurunan yang cukup mencolok dan berada di bawah rata-rata.
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur menempati peringkat ke-4 di pulau Kalimantan dengan nilai 41 koperasi. Daerah ini mengalami penurunan turun 6.82% dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan fluktuasi, namun secara keseluruhan, Kalimantan Timur menunjukkan potensi yang cukup baik dalam pengembangan Kopinkra. Meskipun mengalami penurunan di tahun terakhir, posisinya tetap strategis di tingkat regional.
(Baca: Data Historis Rata - Rata Upah di Kalimantan Utara Periode 2018-2023)
Jambi
Jambi berada di peringkat ke-8 di pulau Sumatera dengan nilai 37 koperasi. Pertumbuhan di Jambi menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, turun 21.28%. Penurunan ini perlu dianalisis lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Meskipun demikian, Jambi tetap memiliki peran penting dalam pengembangan sektor koperasi di Sumatera. Nilai ini lebih rendah dari rata-rata dalam lima tahun terakhir.
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara menduduki peringkat ke-4 di pulau Sulawesi, dengan nilai 35 koperasi. Pertumbuhan di daerah ini menunjukkan penurunan turun 5.41%. Meski demikian, posisi Sulawesi Tenggara cukup stabil dalam beberapa tahun terakhir. Fokus pada peningkatan kualitas dan kuantitas koperasi dapat membantu meningkatkan posisinya di tingkat regional dan nasional. Sulawesi Tenggara menunjukkan potensi yang stabil dalam konteks pengembangan koperasi.
Bali
Bali menempati peringkat ke-3 di Nusa Tenggara dan Bali dengan nilai 29 koperasi. Daerah ini mengalami penurunan turun 34.09%, penurunan yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini harus diatasi dengan strategi yang tepat untuk memulihkan dan meningkatkan jumlah Kopinkra. Meskipun demikian, Bali tetap memiliki daya tarik tersendiri dalam pengembangan sektor koperasi di wilayahnya. Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan lima tahun sebelumnya.
0
Data menunjukkan nilai 27 koperasi dengan ranking pertama di pulau Papua. Tidak ada data pertumbuhan yang tersedia untuk perbandingan dengan tahun sebelumnya. Hal ini bisa menjadi indikasi perlunya pembenahan data dan peningkatan upaya pengembangan koperasi di wilayah Papua. Meskipun demikian, dengan potensi sumber daya alam yang melimpah, Papua memiliki peluang besar untuk mengembangkan sektor koperasi di masa depan.