Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata-rata pengeluaran per kapita per bulan untuk bukan makanan di Provinsi Bali pada tahun 2024 sebesar Rp 1.067.778. Data historis menunjukkan tren positif dengan pertumbuhan signifikan dari tahun 2011 hingga 2024. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2023 dengan kenaikan mencapai 21,5% atau sebesar Rp 179.014. Sementara itu, pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2012 sebesar 0,88% atau sebesar Rp 4.873.
Secara umum, pengeluaran bukan makanan per kapita di Bali terus mengalami peningkatan. Meskipun terdapat sedikit penurunan pada tahun 2022 turun 0.88%, namun kembali melonjak di tahun 2023 dan 2024. Jika dibandingkan dengan rata-rata 3 tahun terakhir (2022-2024), pengeluaran pada tahun 2024 menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik. Dalam 5 tahun terakhir (2020-2024), pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2023 dengan peningkatan sebesar 21,5%.
(Baca: Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Aneka Barang dan Jasa Kota Manado | 2024)
Pada tahun 2024, Bali menduduki peringkat pertama di wilayah Nusa Tenggara dan Bali dalam hal rata-rata pengeluaran per kapita per bulan untuk bukan makanan. Secara nasional, Bali berada di peringkat ke-4. Nilai pengeluaran bukan makanan per kapita di Bali lebih rendah dibandingkan DKI Jakarta (peringkat 1), Kepulauan Riau (peringkat 2), dan Kalimantan Timur (peringkat 3), namun lebih tinggi dibandingkan DI Yogyakarta (peringkat 5).
Kenaikan tertinggi dalam data historis terjadi pada tahun 2023, menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam pengeluaran bukan makanan per kapita di Bali. Kenaikan terendah terjadi pada tahun 2012, dengan pertumbuhan yang relatif kecil dibandingkan tahun-tahun lainnya. Anomali penurunan kecil pada tahun 2022 perlu dicermati, namun secara keseluruhan tren menunjukkan pertumbuhan yang positif dan stabil.
Secara keseluruhan, data menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran per kapita per bulan untuk bukan makanan di Provinsi Bali terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Bali tetap menjadi salah satu provinsi dengan pengeluaran bukan makanan per kapita tertinggi di Indonesia. Peringkat pertama di pulau Nusa Tenggara dan Bali menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki tingkat konsumsi non-makanan yang relatif tinggi.
DKI Jakarta
DKI Jakarta menempati posisi puncak dengan rata-rata pengeluaran bukan makanan per kapita sebesar Rp 1.686.257. Meskipun mengalami penurunan turun 2.86% dibandingkan tahun sebelumnya, Jakarta tetap menjadi yang terdepan. Penurunan sebesar Rp 49.563 menunjukkan perlambatan ekonomi atau perubahan preferensi konsumsi. Dengan peringkat pertama secara nasional, Jakarta menunjukkan tingkat konsumsi non-makanan yang tinggi.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan di Papua 2015 - 2024)
Kepulauan Riau
Kepulauan Riau berada di peringkat kedua dengan rata-rata pengeluaran bukan makanan per kapita sebesar Rp 1.170.437. Wilayah ini mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 3.93%, dengan peningkatan nilai sebesar Rp 44.265. Pertumbuhan ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi dan konsumsi di Kepulauan Riau. Dengan peringkat kedua secara nasional, Kepulauan Riau menjadi salah satu wilayah dengan tingkat pengeluaran non-makanan tertinggi.
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur mencatatkan rata-rata pengeluaran bukan makanan per kapita sebesar Rp 1.116.838, menduduki peringkat ketiga secara nasional. Pertumbuhan sebesar 1.98% atau sebesar Rp 21.632 menunjukkan tren positif dalam peningkatan konsumsi non-makanan. Peringkat ketiga yang diraih Kalimantan Timur menegaskan posisinya sebagai salah satu wilayah dengan tingkat pengeluaran yang signifikan di Indonesia.
DI Yogyakarta
DI Yogyakarta memiliki rata-rata pengeluaran bukan makanan per kapita sebesar Rp 1.010.683, menempati posisi kelima secara nasional. Pertumbuhan yang sedikit yaitu 0.12% atau sebesar Rp 1.255 mengindikasikan stabilitas dalam pengeluaran non-makanan di wilayah ini. Peringkat kelima secara nasional menunjukkan bahwa DI Yogyakarta memiliki tingkat pengeluaran non-makanan yang cukup baik dibandingkan wilayah lain di Indonesia.