Food and Agriculture Organization atau Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mengestimasikan sebanyak 123,4 juta orang Indonesia—setara 43,5%—tidak mampu membeli makanan diet sehat pada 2024.
Jumlah dan persentase itu sudah turun bila dibandingkan dengan 2017 yang mencapai 131,9 juta orang atau 49,3%.
Meski tahun-tahun setelahnya mengalami penurunan, angkanya sempat naik tipis pada 2020-2021, disinyalir buntut jatuhnya daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Adapun acuan harga makanan diet sehat dari FAO di Indonesia sebesar $4,75 berdasarkan paritas daya beli atau purchasing power parity (PPP) pada 2024. Bila dikonversi, nilainya diestimasikan sebesar Rp28.971 atau hampir Rp30.000 per orang.
Sebagai informasi, PPP merupakan acuan dasar dengan membandingkan harga sekumpulan barang dan jasa yang sama di berbagai negara.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Bulanan Penduduk Indonesia per Provinsi Awal 2025)
Dalam laporan FAO, indikator biaya dan keterjangkauan makanan diet sehat ini dihitung bersama Bank Dunia atau World Bank di setiap negara. Indikator ini menggambarkan kemampuan ekonomi masyarakat untuk mendapatkan makanan dengan biaya paling rendah, yang tersedia secara lokal, untuk memenuhi kebutuhan diet sehat sesuai pedoman gizi berbasis pangan (Food-Based Dietary Guidelines/FBDGs).
Indikator tersebut menggunakan standar global Healthy Diet Basket (HDB), yang diterapkan pada harga ritel makanan yang diamati, serta distribusi pendapatan, untuk memberikan ukuran operasional tentang akses masyarakat terhadap makanan lokal dalam proporsi yang dibutuhkan untuk menjalani hidup yang aktif dan sehat.
FAO menghitung delapan indikator biaya dan keterjangkauan, di antaranya biaya diet sehat; biaya enam kelompok pangan yang membentuk HDB (pangan pokok bertepung; pangan sumber hewani; kacang-kacangan, biji-bijian dan polong-polongan; sayuran; buah; serta minyak dan lemak); dan persentase serta jumlah orang yang tidak mampu membeli diet sehat.
Dua indikator pertama dan terakhir (biaya dan keterjangkauan diet sehat) dihitung dan diperbarui setiap tahun, sedangkan biaya enam kelompok pangan yang membentuk diet sehat hanya dihitung pada tahun-tahun ketika Program Perbandingan Internasional (ICP) Bank Dunia mempublikasikan pembaruan data harga makanan per item.
(Baca: Warga RI Lebih Banyak Belanja Rokok Ketimbang Beras pada Awal 2025)