Data IQAir menunjukkan, Tangerang Selatan menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di kelompok ASEAN pada 2024.
Rata-rata kualitas udaranya sebesar 61,1 mikrogram per meter kubik (µg/m³) pada 2024, jauh di atas angka aman yang ditetapkan World Health Organization (WHO), yakni konsentrasi PM2.5 di bawah 5 µg/m³.
Selain Tangerang Selatan, sejumlah kota-kota lainnya di Indonesia juga mendekam dalam daftar 10 besar polusi terburuk ini.
Di antaranya Tangerang sebesar 55,6 µg/m³ yang duduk di posisi kedua. Ada juga Cikarang sebesar 52,8 µg/m³ yang menempati urutan ketiga.
Sementara posisi keempat ada Thanh Pho Phu Ly, Vietnam, dengan rerata kualitas udara sebesar 50,9 µg/m³. Disusul Depok di posisi kelima sebesar 50,3 µg/m³.
Sisanya ada Hanoi, Tay Ho, Banting, Luong Son, dan Bekasi, seperti terlihat pada grafik.
(Baca juga: Hanya Ada 12 Wilayah yang Lulus Standar Kualitas Udara WHO 2024)
Kondisi Indonesia
IQAir menyebut, rata-rata konsentrasi PM2.5 pada 2024 di Indonesia menurun sebesar 4% dibandingkan dengan 2023, mencapai 35,5 µg/m³. Nilai ini 10 kali lipat lebih tinggi dari acuan WHO.
"Meskipun ada sedikit peningkatan, Indonesia tetap menjadi negara paling tercemar di Asia Tenggara dan berada di peringkat ke-15 negara paling tercemar di dunia," tulis perusahaan pemantau kualitas udara asal Swiss itu yang dikutip pada Kamis (13/3/2025).
Di Jakarta, sambung IQAir, tingkat PM2.5 turun hampir 5% dari 2023, dengan rata-rata tahunan sebesar 41,7 µg/m³.
IQAir menilai, meredanya El Niño, pola iklim kering yang telah mengintensifkan kebakaran hutan pada 2023, kemungkinan besar berkontribusi pada penurunan titik api sebesar 60% di Indonesia pada 2024, yang mengarah pada penurunan emisi dari pembakaran biomassa.
(Baca juga: Chad Jadi Negara dengan Kualitas Udara Terburuk di Dunia 2024)