Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam Profil Kesehatan Indonesia 2023, terdapat sejumlah sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan di Indonesia.
Jumlah apotek tercatat hingga 31.995 unit pada 2023. Toko obat tercatat sebesar 8.559 unit.
Adapun distributor alat kesehatan (alkes) mencapai 4.176 unit. Terakhir, pedagang besar farmasi sebanyak 2.947 unit.
Kemenkes juga mendata, produksi usaha kecil obat tradisional (UKOT) mencapai 1.306 usaha. Sedangkan usaha mikro obat tradisional (UMOT) sebesar 1.037 unit. Total kelompok produksi ini mencapai 2.343 unit.
(Baca juga: Nilai Investasi PMA Sektor Industri Kimia dan Farmasi Naik US$45,92 Juta (2023))
Kemenkes mengakui, sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat kesehatan di Indonesia masih timpang dalam hal persebaran jumlah.
Menurut Kemenkes, sebagian besar sarana produksi maupun distribusi berlokasi di Pulau Sumatera dan Jawa yakni sebesar 75,9%.
"Ketersediaan ini terkait dengan sumber daya yang dimiliki dan kebutuhan pada wilayah setempat," tulis Kemenkes dalam laporan yang dikutip pada Selasa (1/10/2024).
Kondisi ini, kata Kemenkes, dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam kebijakan untuk mengembangkan jumlah sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat kesehatan di wilayah Indonesia lainnya, sehingga terjadi pemerataan di seluruh wilayah Indonesia.
Selain itu, hal ini bertujuan untuk membuka akses keterjangkauan masyarakat terhadap sarana kesehatan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.
Secara keseluruhan, provinsi dengan jumlah sarana produksi dan distribusi terbanyak adalah Jawa Barat. Kemenkes menyebut, ini karena Jawa Barat memiliki populasi yang besar dan wilayah yang luas.
(Baca juga: Kalbe Farma Kantongi Laba Rp1,8 Triliun per Juni 2024)