Kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (Acute Kidney Injury/AKI) kembali mengalami peningkatan di Indonesia. Menurut laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terdapat 269 kasus gangguan ginjal akut di 27 provinsi hingga 26 Oktober 2022.
Jumlah ini meningkat 24 kasus dibandingkan 23 Oktober 2022 yang sebanyak 245 kasus. Sementara itu, angka kematian akibat gangguan ginjal akut juga meningkat, yakni mencapai 157 kasus. Sebelumnya, dilaporkan angka kematiannya 143 kasus.
“Yang dirawat 73 kasus, yang meninggal ada 157 kasus berarti setara 58% (dari total kasus) dan yang sembuh 39 kasus,” ujar Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril dalam konferensi pers, Kamis (27/10).
Tercatat, DKI Jakarta masih mendominasi jumlah kasus gangguan ginjal akut yakni 57 kasus, diikuti Jawa Barat dengan 36 kasus, Aceh 30 kasus, Jawa Timur 25 kasus, dan Sumatera Barat 19 kasus.
Syahril menjelaskan, ciri utama penderita gagal ginjal akut pada balita yakni gangguan buang air kecil. Mulai dari penurunan frekuensi buang air kecil hingga sama sekali tidak buang air kecil.
Selain itu, ia melanjutkan, gejala awal penyakit ini disertai demam, lemas hingga menurunnya nafsu makan balita.
Sebelumnya, Kemenkes mengatakan bahwa hasil biopsi terhadap jenazah pasien gangguan ginjal akut, terdapat kerusakan pada ginjal disebabkan senyawa etilen glikol (EG). Senyawa ini diduga berasal dari obat sirop.
(Baca: 75% Pasien Gangguan Ginjal Akut Misterius adalah Balita)