Kementerian Pertanian mencatat produksi Petsai/Sawi di Maluku Utara pada tahun 2024 sebesar 891.2 ton. Terjadi penurunan signifikan sebesar 28.13% dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 1240 ton. Penurunan ini juga terlihat dari selisih nilai dengan tahun sebelumnya yang turun 348.8 ton. Meskipun demikian, produksi tahun 2024 masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata tiga tahun sebelumnya (2021-2023) yang sebesar 1262.67 ton, namun lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata lima tahun terakhir (2019-2023) yang sebesar 1025.2 ton.
Secara historis, produksi Petsai/Sawi di Maluku Utara menunjukkan fluktuasi yang cukup besar. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2009 dengan pertumbuhan mencapai 174.3% dan nilai produksi 1270 ton. Sedangkan penurunan terendah terjadi pada tahun 2003 dengan penurunan -71.43% dan nilai produksi 80 ton. Anomali terjadi pada periode 2008-2010, dimana terjadi lonjakan produksi yang sangat tinggi diikuti dengan penurunan drastis. Hal ini berbeda dengan pola yang lebih stabil pada periode 2016-2024, meskipun tetap mengalami fluktuasi.
(Baca: Harga Tembaga Naik Menuju Level US$5 /Pon (Jumat, 21 November 2025))
Pada tahun 2024, Maluku Utara menempati peringkat ke-2 di pulau Maluku berdasarkan produksi Petsai/Sawi. Posisi ini sama dengan tahun sebelumnya. Namun, secara nasional, Maluku Utara berada pada peringkat ke-35, menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2023 yang berada pada peringkat ke-32. Nilai produksi Petsai/Sawi Maluku Utara pada tahun 2024 sebesar 891.2 ton.
Jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Maluku, nilai produksi Maluku Utara lebih rendah dibandingkan provinsi Maluku yang berada pada ranking pertama dengan nilai produksi 1240 ton. Dari data perbandingan antar provinsi, produksi Petsai/Sawi di Maluku Utara masih tergolong rendah, perlu upaya peningkatan produksi agar dapat bersaing dengan provinsi lain di Indonesia.
Secara keseluruhan, produksi Petsai/Sawi di Maluku Utara pada tahun 2024 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi masih lebih tinggi dari rata-rata beberapa tahun terakhir. Perlu diidentifikasi faktor-faktor penyebab penurunan ini dan dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan produksi di masa mendatang agar dapat memenuhi kebutuhan lokal dan meningkatkan daya saing di tingkat nasional.
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan menempati peringkat ke-32 secara nasional dengan produksi Petsai/Sawi sebesar 967.78 ton. Meskipun demikian, pertumbuhan produksinya menunjukkan angka positif yaitu 0.5%. Namun, jika melihat selisih nilai dengan tahun sebelumnya, terdapat kenaikan sebesar 4.78 ton. Dibandingkan dengan rata-rata, performa produksi di Kalimantan Selatan masih perlu ditingkatkan untuk mengejar ketertinggalan dari daerah lain.
(Baca: Harga Gas Alam Dunia Naik Menuju Level US$4,57 /Mmbtu (Jumat, 21 November 2025))
Papua Barat Daya
Papua Barat Daya berada di peringkat ke-33 secara nasional. Dengan produksi 894.06 ton, pertumbuhan di wilayah ini menunjukkan angka negatif turun 11.84%. Besar selisih nilai dengan tahun sebelumnya adalah -120.04 ton. Dibandingkan wilayah lain, Papua Barat Daya perlu berupaya lebih keras untuk meningkatkan hasil produksi Petsai/Sawi.
Sulawesi Barat
Sulawesi Barat menempati peringkat ke-34 secara nasional dengan nilai produksi 893.7 ton. Pertumbuhan di wilayah ini menunjukkan angka negatif turun 2.75%, dengan selisih nilai terhadap tahun sebelumnya turun 25.3 ton. Dibandingkan dengan wilayah lain di Sulawesi, peningkatan efisiensi dan inovasi dalam budidaya Petsai/Sawi sangat diperlukan.
Papua Barat
Papua Barat berada pada peringkat ke-36 secara nasional. Produksi Petsai/Sawi di wilayah ini adalah 834.86 ton, dengan pertumbuhan yang sangat signifikan yaitu -55.09%. Nilai ini didapat dari selisih nilai yang sangat besar dengan tahun sebelumnya yaitu -1024.14 ton. Upaya perbaikan signifikan dibutuhkan untuk meningkatkan produksi di wilayah ini.
Gorontalo
Gorontalo menempati posisi ke-37 secara nasional. Produksi Petsai/Sawi di wilayah ini adalah 71.23 ton, dengan pertumbuhan yang sangat tinggi yaitu 223.77%. Selisih nilai dengan tahun sebelumnya adalah 49.23 ton. Walaupun berada di peringkat bawah, peningkatan pertumbuhan yang signifikan menunjukkan potensi besar yang dapat dikembangkan di masa depan.