Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase rata-rata pengeluaran sebulan per kapita untuk non makanan di Jawa Barat pada tahun 2024 sebesar 50.78 persen. Data historis menunjukkan adanya fluktuasi. Pada 2017 terjadi penurunan signifikan turun 4.76 persen, sedangkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada 2018 sebesar 3.41 persen.
Secara umum, pengeluaran non makanan di Jawa Barat cenderung fluktuatif selama periode 2016-2024. Terjadi kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun. Persentase tahun 2024 sedikit menurun -1.21 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun secara akumulatif masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir.
(Baca: PDRB ADHK Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Periode 2013-2024)
Ranking Jawa Barat menurut pulau pada tahun 2024 adalah 3. Terjadi perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di peringkat 4. Untuk ranking se-Indonesia, Jawa Barat berada di peringkat 8, juga naik dibandingkan tahun sebelumnya di peringkat 12.
Dibandingkan provinsi lain di Pulau Jawa pada tahun 2024, Jawa Barat memiliki persentase pengeluaran non makanan yang lebih tinggi dibandingkan Banten yang hanya 50.72 persen. Sementara untuk ranking secara nasional, Jawa Barat masih di bawah Kalimantan Timur, Papua, Gorontalo, dan Sulawesi Tenggara.
Kenaikan tertinggi pengeluaran non makanan dalam data historis terjadi pada tahun 2018. Sementara penurunan terendah terjadi pada tahun 2017. Anomali ini menunjukkan adanya faktor-faktor ekonomi atau sosial yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat Jawa Barat.
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur menduduki peringkat pertama di Pulau Kalimantan dengan persentase pengeluaran non makanan per kapita sebesar 54.67 persen. Meskipun mengalami penurunan turun 1.16 persen, provinsi ini tetap unggul dibandingkan wilayah lain di pulau tersebut. Secara nasional, Kalimantan Timur berada di posisi ke-5, menunjukkan tingkat konsumsi non makanan yang relatif tinggi di antara provinsi-provinsi di Indonesia. Penurunan ini perlu menjadi perhatian untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya, meski tetap menjadi yang tertinggi di pulau Kalimantan.
(Baca: NPL Bank Umum Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Periode 2015-2025)
Papua
Papua menempati peringkat pertama di Pulau Papua dengan persentase pengeluaran non makanan per kapita mencapai 51.52 persen. Pertumbuhan yang signifikan sebesar 20.83 persen menunjukkan peningkatan kesejahteraan dan perubahan pola konsumsi di wilayah tersebut. Secara nasional, Papua berada di urutan ke-6, mengindikasikan adanya perbaikan ekonomi dan prioritas pengeluaran yang semakin beragam di kalangan masyarakat. Pertumbuhan yang pesat ini layak diapresiasi dan dianalisis lebih lanjut untuk keberlanjutannya.
Gorontalo
Gorontalo, sebagai yang teratas di Pulau Sulawesi, mencatatkan persentase pengeluaran non makanan per kapita sebesar 50.82 persen. Penurunan turun 2.1 persen menunjukkan perlunya evaluasi terhadap faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi konsumsi. Secara nasional, Gorontalo berada di peringkat ke-7. Angka ini menandakan bahwa meskipun mengalami penurunan, Gorontalo tetap menjadi salah satu provinsi dengan tingkat pengeluaran non makanan yang cukup tinggi di Sulawesi. Penurunan ini menjadi sinyal agar pemerintah daerah lebih memperhatikan sektor ekonomi yang menopang konsumsi masyarakat.
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara mencatatkan persentase pengeluaran non makanan per kapita sebesar 50.78 persen. Penurunan turun 2.57 persen menjadi perhatian dalam konteks pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Di tingkat nasional, Sulawesi Tenggara berada di peringkat ke-8. Penurunan ini menandakan perlunya kajian mendalam mengenai penyebabnya, apakah terkait dengan inflasi, perubahan pendapatan, atau faktor lainnya. Intervensi yang tepat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat.
Banten
Banten mencatatkan persentase pengeluaran non makanan per kapita sebesar 50.72 persen. Penurunan turun 1.32 persen menunjukkan perlambatan dalam konsumsi non makanan. Secara nasional, Banten berada di peringkat ke-10. Posisi ini mengindikasikan bahwa Banten perlu berupaya meningkatkan daya beli masyarakat dan menciptakan kondisi ekonomi yang lebih kondusif untuk pertumbuhan konsumsi non makanan. Penurunan ini harus menjadi momentum untuk mengevaluasi kebijakan ekonomi dan sosial yang ada.
Papua Barat Daya
Papua Barat Daya mencatatkan persentase pengeluaran non makanan per kapita sebesar 50.64 persen dan menduduki peringkat ke-2 di Pulau Papua. Provinsi ini menempati peringkat ke-11 secara nasional. Data yang tersedia menunjukan bahwa daerah ini memiliki potensi pertumbuhan konsumsi non makanan yang cukup baik. Pemerintah daerah dapat memanfaatkan potensi ini dengan meningkatkan infrastruktur dan fasilitas yang mendukung konsumsi masyarakat.