Invasi Rusia ke Ukraina mengakibatkan naiknya harga komoditas energi dan pangan global, yang kemudian memicu inflasi tinggi di banyak negara. Di tengah situasi ini bank–bank sentral dunia seolah berlomba menaikkan suku bunga acuan.
Berdasarkan data Trading Economics, suku bunga bank sentral Myanmar sudah mencapai 7% pada Oktober 2022. Suku bunga tersebut merupakan yang tertinggi dibanding bank sentral negara anggota Association of Shouteast of Asian Nations (ASEAN) lainnya.
Negara ASEAN dengan suku bunga bank sentral tertinggi berikutnya adalah Laos, yakni 6,5% pada Oktober 2022. Dikuti bank sentral Vietnam 6% pada Oktober 2022, dan Brunei Darussalam 5,5%.
(Baca: The Fed Kerek Suku Bunga 75 bps, Tertinggi dalam 14 Tahun Terakhir)
Sementara itu suku bunga Bank Indonesia (BI) sudah mencapai 5,25% pada November 2022 dan berada di urutan ke-5 tertinggi di ASEAN. Suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) tersebut naik 50 basis points (bps) dari bulan sebelumnya.
Suku bunga acuan BI7DRR telah naik sebanyak 4 kali sepanjang tahun ini. Langkah tersebut ditempuh BI untuk meredam laju inflasi yang tinggi akibat naiknya harga energi, terutama harga minyak dunia yang sempat menyentuh US$100 per barel.
Kemudian suku bunga bank sentral Filipina mencapai 5% pada November 2022, naik 75 bps dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Diikuti suku bunga bank sentral Malaysia yang juga naik 25 bps ke level 2,75%.
Sedangkan suku bunga bank sentral Singapura justru turun 19 bps ke level 2,65% dari bulan sebelumnya. Lalu suku bunga bank sentral Thailand tetap berada di level 1% pada Oktober 2022, dan suku bunga bank sentral Kamboja turun 2 bps ke level 0,73% pada Agustus 2022.
Tingginya laju inflasi di banyak negara juga dipicu menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) terhadap 6 mata uang utama dunia, yang turut berdampak pada melemahnya mata uang kawasan Asia. Imbasnya, harga komoditas energi dan pangan juga menjadi lebih mahal karena biaya impornya ikut naik.
(Baca: BI Kembali Naikkan Suku Bunga Acuan 50 bps Jadi 5,25%)