Hingga September 2017, kucuran kredit perbankan hanya tumbuh 7,86 persen menjadi Rp 4.543,38 triliun dari September 2016 senilai Rp 4.212,63 trililiun (YoY). Lesunya perekonomian domestik yang berimbas terhadap turunnya daya beli masyarakat membuat para pelaku usaha menahan diri untuk berekspansi dengan meminjam modal ke perbankan. Sementara pihak perbankan juga ekstra hati-hati dalam mengucurkan pinjamannya guna menjaga kredit bermasalah.
Sejak 2011, pertumbuhan kredit perbankan nasional memang mengalami tren penurunan dan pada 2016 hanya tumbuh satu digit. Krisis finansial yang melanda Amerika Serikat serta belum pulihnya ekonomi kawasan Eropa membuat permintaan komoditas andalan Indonesia juga mengalami penurunan. Kemudian turunnya harga minyak sejak pertengahan 2014 telah berdampak ke sektor pertambangan. Ditambah lagi dengan turunnya harga komoditas unggulan Indonesia membuat kinerjaekspor juga merosot.
Kondisi tersebut akhirnya berdampak pula terhadap semua sektor sehingga daya beli masyarakat juga mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari konsumsi rumah tangga yang selalu tumbuh di bawah lima persen sejak triwulan IV 2016. Bank-bank kecil yang masuk dalam Bank Kelompok Usaha (BUKU) I paling besar terkena dampaknya sehingga pertumbuhan kreditnya negatif.