PT Bank Permata Tbk mencatat kerugian senilai Rp 6,5 triliun pada 2016 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang membukukan laba Rp 250 miliar. Meningkatnya cadangan kerugian kredit bermasalah membuat bank yang dimiliki oleh PT Astra Internasional Tbk dan Standard Chartered (Stanchart) ini mencatat kerugian terbesar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sementara Standard Chartered Indonesia sendiri sepanjang 2016 mencatat laba Rp 268 miliar, melonjak lebih dari 1.000 persen dibanding tahun sebelumnya, yakni hanya mencatat laba Rp 19 miliar.
Dalam laporan keuangan per Desember 2016, aset Bank Permata sebesar Rp 165,24 triliun dan kapitalisasi pasar Rp 12,4 triliun. Sementara aset Standard Chartered Indonesia Rp 64,7 triliun. Adapun jumlah kredit Bank Permata mencapai Rp 94,5 triliun, sedangkan Stanchart Rp 25,29 triliun.
Sebelumnya, Chief Executive Officer Stanchart, Bill Winters mengungkapkan bahwa ada opsi terhadap asetnya yang ada di perbankan Indonesia. Pertama, menjual salah satu asetnya dan menginvestasikan ke aset lainnya. Kedua, meningkatkan kepemilikannya di Bank Permata dan menjadi pengendali kemudian menggabungkannya dengan Standard Chartered Indonesia. Seperti diketahui, selain sebagai pemegang saham Standard Chartered Indonesia, bank asal Inggris ini juga memilik 44,56 saham di Bank Permata.