BlackRock, raksasa pengelola aset, bakal melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 3% karyawannya dalam waktu dekat.
Melansir Katadata, persentase karyawan itu setara 600 orang, berdasarkan total tenaga kerja BlackRock yang mencapai 19.800 orang pada akhir Desember 2022. Menurut sumber Reuters di BlackRock, tidak ada satu tim pun yang akan menjadi fokus pemangkasan.
Pemangkasan karyawan ini menandai putaran ketiga PHK BlackRock. Pada Januari 2023, perusahaan telah mengurangi 500 karyawan. PHK ini berlanjut pada Juni lalu dengan jumlah sekitar 190 orang.
Lantas, bagaimana kondisi keuangan BlackRock selama ini?
Berdasarkan laporan keuangannya, pendapatan BlackRock mencapai US$17,87 miliar sepanjang 2022 atau Rp278,21 triliun (asumsi kurs Rp15.566 per US$). Sementara laba bersihnya mencapai US$5,39 miliar atau Rp83,91 triliun.
Kedua pos itu turun dari capaian 2021. Rinciannya, pendapatan sebesar US$19,37 miliar (Rp301,57 triliun) dan laba bersih sebesar US$6,25 miliar (Rp97,34 triliun).
Turunnya pendapatan dan laba karena berbagai faktor. "Pendapatan dipengaruhi oleh hambatan pasar dan nilai tukar mata uang asing," tulis BlackRock dalam laporannya.
Margin operasi BlackRock sebesar 42,8% pada 2022, turun 400 basis poin (bps) dari 2021 yang sebesar 46,8%. Kabar baiknya, BlackRock menghasilkan pertumbuhan aset organik sebesar 3% dan pertumbuhan biaya dasar organik yang positif pada 2022.
Katadata mewartakan, saham manajer investasi ini naik sekitar 5% selama 12 bulan terakhir 2023, masih tertinggal dibandingkan dengan kenaikan Indeks S&P yang mencapai 22%.
Chief Executive Officer (CEO) BlackRock Larry Fink pada Oktober lalu mengisyaratkan bahwa perusahaan sedang mencari target akuisisi untuk meningkatkan lintasan pertumbuhannya.
Perusahaan ini mengakhiri kuartal ketiga tahun 2023 dengan dana kelolaan US$9,1 triliun, turun dari total kuartal kedua sebesar US$9,4 triliun.
"Untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade, klien mendapatkan keuntungan nyata dalam bentuk uang tunai dan dapat menunggu lebih banyak kebijakan dan kepastian pasar sebelum mengambil risiko kembali. Dinamika ini membebani industri dan arus kuartal ketiga BlackRock," kata Fink dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters.
(Baca juga: Ada Grab hingga Gojek, Ini Daftar PHK Startup Transportasi Terbesar Semenjak Pandemi)