TikTok disebut mengambil keuntungan besar melalui sumbangan donasi yang diperoleh para pengungsi Suriah saat siaran langsung (live streaming) di platform tersebut. Hal ini berdasarkan hasil investigasi BBC Internasional.
Mona Ali Al-Karim dan enam putrinya termasuk di antara keluarga yang menggunakan TikTok setiap hari. Mereka duduk di lantai tenda hingga berjam-jam, mengulangi beberapa frasa dalam bahasa Inggris seperti, “Please like, please share, please gift”.
Hadiah yang mereka minta adalah ‘hadiah digital’ yang dibedakan nilainya mulai dari bentuk ‘mawar’ hingga ‘singa’. Untuk memberikan hadiah digital, para donatur harus menukarkan uang terlebih dahulu ke dalam bentuk koin TikTok. Setelah itu, mereka dapat menukarkan koin mereka untuk hadiah digital tersebut.
Berdasarkan laman perusahaan, harga koin TikTok di Indonesia dibanderol Rp11.900 hingga Rp2,97 juta. Nominal koin yang dapat dibeli yakni mulai dari 70 koin hingga 17.500 koin.
Berikut daftar harga koin TikTok dalam rupiah:
- 70 koin = Rp11.900
- 350 koin = Rp59.500
- 700 koin = Rp119.000
- 400 koin = Rp238.000
- 500 koin = Rp595.000
- 000 koin = Rp1.190.000
- 500 koin = Rp2.975.000
Adapun hadiah bentuk ‘singa’ memiliki nilai 29.999 koin menurut Screenrant . Jika dikalkulasikan, maka jumlah uang yang digelontorkan donatur mencapai Rp5,09 juta.
BBC mencatat, para pengungsi Suriah yang "mengemis" di TikTok itu bisa mendapatkan hingga US$ 1.000 atau Rp15,4 juta per jam. Meski demikian, hasil penyelidikan BBC menunjukkan bahwa mereka mendapatkan uang lebih kecil dari itu.
TikTok mengatakan, konten seperti itu melanggar ketentuan aplikasi. Alhasil, komisi yang diperoleh dari ‘hadiah digital’ selama live streaming di platform tersebut dikurangi menjadi di bawah 70% dari yang diterima.
(Baca: Jumlah Pengguna TikTok Terus Bertambah, Ini Data Terbarunya)