Pacific Institute menghimpun sedikitnya tujuh konflik terkait sumber daya air yang terjadi di Indonesia sejak 2012 hingga 2023.
Berdasarkan frekuensinya, terbanyak terjadi pada 2012 dengan dua konflik. Sisanya, konflik terkait air terjadi satu kali dalam setahun.
>
Konflik itu bahkan menyebabkan korban jiwa pada 2013. Ada juga konflik yang melibatkan kekerasan seperti bom atau perusakan oleh kelompok bersenjata.
Berikut rincian konflik terkait sumber daya air di Indonesia yang dihimpun Pacific Institute:
- Sejumlah orang atau penyerang menembaki petugas keamanan yang mengawal konvoi mobil tangki air (2012)
- Massa bertempur memperebutkan sumber air (2012)
- Lima orang tewas dalam aksi protes terhadap kekurangan air di penjara Indonesia (2013)
- Bom diledakkan di pembangkit listrik tenaga air di Jawa Timur (2016)
- Sejumlah korban luka-luka dilaporkan saat ratusan mahasiswa memprotes kenaikan harga air di Sulawesi, Indonesia (2018)
- Kelompok pemberontak bersenjata di Indonesia merusak sistem pasokan air untuk pos militer (2022)
- Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat merusak pipa air dan mengganggu akses terhadap air bersih di Kabupaten Oksibil, Indonesia (2023).
Pacific Instititute mengelompokkan kasus tersebut berdasarkan penggunaan, dampak atau efek yang ditimbulkan oleh air dalam konflik dan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama.
Pertama, disebut 'korban' dan menggambarkan hilangnya sumber daya atau sistem air karena menjadi target kekerasan yang disengaja atau tidak disengaja.
Kedua, didefinisikan sebagai 'senjata', ketika sumber daya atau sistem air digunakan sebagai instrumen atau senjata dalam konflik kekerasan.
Ketiga, sebagai 'pemicu', yang mencakup konflik yang secara langsung terkait dengan penguasaan air. Dalam hal ini, akses ekonomi atau fisik terhadap air, atau kejadian kelangkaan air, telah memicu kekerasan.
(Baca juga: Konflik Sumber Daya Air Global Terus Melonjak hingga 2023)