Bank Dunia memproyeksikan rata-rata harga nikel pada 2024 berada di level US$17.000 per ton.
Proyeksi ini turun 21% dibanding rata-rata harga tahun 2023, serta menjadi rekor terendah sejak 2021.
(Baca: Naik-Turun Harga Nikel, Pengaruh Oversupply sampai Tren Kendaraan Listrik)
Menurut Bank Dunia, turunnya harga nikel salah satunya dipengaruhi oleh kenaikan pasokan.
"Produksi nikel global diperkirakan meningkat pada 2024, meskipun ada beberapa tambang yang ditutup sebagai respons terhadap penurunan harga nikel terus-menerus, yang harganya sudah turun hampir 40 persen sejak 2022," kata Bank Dunia dalam laporan Commodity Markets Outlook edisi April 2024.
"Peningkatan produksi nikel sebagian besar berasal dari Indonesia, serta mencerminkan lonjakan investasi smelter yang mayoritas berasal dari China," lanjutnya.
Bank Dunia memprediksi pada 2024 Indonesia mampu memasok lebih dari separuh suplai nikel global.
Mereka juga memperkirakan permintaan nikel global akan cenderung meningkat, terutama untuk produksi baja tahan karat dan baterai.
(Baca: Baterai LFP Makin Gerus Pasar Baterai Nikel pada 2023)