Menurut data Bank Dunia, rata-rata harga batu bara Newcastle mencapai USD 160,48 per ton pada Mei 2023.
Harganya sudah turun sekitar 17% dibanding April 2023 (month-on-month/mom), serta lebih rendah sekitar 57% dibanding setahun lalu (year-on-year/yoy).
Adapun Bank Dunia memproyeksikan harga batu bara secara global akan melemah sampai tahun depan.
"Harga batu bara diperkirakan turun 42% pada 2023 dan turun lagi 23% pada 2024. Tapi, harganya masih jauh di atas rata-rata tahun 2015-2019," kata Bank Dunia dalam laporan Commodity Markets Outlook edisi April 2023.
(Baca: Ini Negara Konsumen Batu Bara Terbesar 2022)
Menurut Bank Dunia, tahun ini permintaan batu bara global melemah karena dipengaruhi kebijakan harga karbon (carbon pricing), serta melandainya harga gas bumi di sejumlah negara konsumen besar, terutama Amerika Serikat dan Eropa.
"Invasi Rusia ke Ukraina telah memperkuat insentif untuk beralih dari bahan bakar fosil, baik melalui peningkatan produksi energi terbarukan maupun pengurangan konsumsi energi, khususnya di Amerika Serikat dan Eropa," kata Bank Dunia.
"Hal tersebut mendorong perkiraan bahwa konsumsi batu bara Amerika Serikat dan Eropa akan terus turun," lanjutnya.
Bank Dunia juga menyebut harga batu bara bisa jatuh lebih dalam, jika ekonomi global melambat lebih buruk dari perkiraan.
Di sisi lain, ada sejumlah kondisi yang berpotensi mendongkrak harga batu bara tahun ini.
"Untuk jangka pendek, jika pemulihan ekonomi Tiongkok lebih kuat dari perkiraan, mereka akan menaikkan permintaan batu bara impor untuk industri dan pembangkit listrik," kata Bank Dunia.
"Apabila ada penurunan produksi, atau pemangkasan ekspor batu bara dari Rusia, hal tersebut juga bisa menaikkan harga," lanjutnya.
(Baca: Target Besar Hilirisasi Batu Bara Indonesia, Akankah Tercapai?)