Berdasarkan data The Observatory of Economic Complexity (OEC), pada tahun 2020 Indonesia mengimpor bahan kimia jenis etilen glikol (ethylene glycol) senilai US$147 juta.
Negara pemasok etilen glikol terbesar untuk Indonesia pada 2020 adalah Arab Saudi, Singapura, Malaysia, India, dan Uni Emirat Arab dengan rincian nilai pasokan seperti terlihat pada grafik.
Menurut OEC, etilen glikol biasa digunakan untuk membuat material sintetis sejenis plastik seperti poliester dan poliuretan. Bahan kimia ini juga digunakan untuk produksi minyak rem, oli kendaraan, zat antibeku (antifreeze) di mesin radiator kendaraan, tinta pulpen, dan lain-lain.
Perpustakaan Kedokteran Amerika Serikat (National Library of Medicine/ NLM) menyatakan etilen glikol berbahaya bila masuk ke tubuh manusia.
"Bila tertelan dalam jumlah besar, etilen glikol bisa menyebabkan tiga dampak kesehatan yaitu depresi sistem saraf pusat, gangguan sistem jantung-paru (kardiopulmoner), dan kerusakan ginjal," kata NLM di situs resminya.
Ironisnya, belakangan ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan ada sejumlah obat-obatan jenis sirop yang mengandung etilen glikol. Hal ini diduga telah menyebabkan kasus penyakit ginjal akut pada ratusan anak-anak.
"Kemenkes sudah meneliti bahwa pasien balita yang terkena AKI (accute kidney injury) terdeteksi memiliki 3 zat kimia berbahaya, ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG), dan ethylene glycol butyl ether (EGBE)," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin melalui pesan singkatnya yang diterima redaksi Katadata, Kamis (20/10/2022).
"Beberapa jenis obat sirop yang digunakan oleh pasien balita yang terkena AKI terbukti memiliki EG, DEG, EGBE, yang seharusnya tidak ada atau sangat sedikit kadarnya di obat-obatan sirop tersebut," lanjutnya.
"Sambil menunggu otoritas obat atau BPOM memfinalisasi hasil penelitian kuantitatif mereka, Kemenkes mengambil posisi konservatif dengan sementara melarang penggunaan obat-obatan sirop. Mengingat balita yang teridentifikasi AKI sudah mencapai 70-an per bulan dengan kematian atau fatality rate mendekati 50%," pungkas Menkes Budi.
(Baca: Indonesia Jadi Pengimpor Etilen Glikol Terbesar ke-9 Global pada 2020)