Berdasarkan laporan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bertajuk 2023 Green Sukuk Allocation and Impact Report, nilai kumulatif pembiayaan green sukuk di Indonesia telah mencapai US$6,9 miliar sepanjang 2018 sampai 2022.
Green sukuk adalah investasi syariah yang digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang mempunyai dampak positif terhadap lingkungan. Kemenkeu menyebut obligasi ini merupakan alternatif investasi yang sesuai prinsip syariah dan berbeda dengan obligasi konvensional, serta menawarkan investor cara untuk berinvestasi pada proyek yang selaras dengan nilai-nilai lingkungan.
Dana yang diperoleh dari green sukuk ini digunakan untuk membiayai berbagai proyek ramah iklim, seperti energi terbarukan, efisiensi energi, transportasi berkelanjutan, pengelolaan limbah, dan ketahanan iklim.
Berdasarkan sektornya, transportasi berkelanjutan memiliki proporsi kumulatif pembiayaan green sukuk terbesar sepanjang 2018 hingga 2022 yaitu mencapai 32,39% dari total pembiayaan.
Meski demikian, menurut laporan tersebut, pembangunan infrastruktur dan fasilitas perkeretaapian belum memberikan kontribusi signifikan terhadap penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) akibat tren penurunan penggunaan transportasi umum.
“(Hal ini) akibat kebijakan pembatasan sosial serta perubahan gaya hidup dan pola pergerakan selama pandemi Covid-19,” kata Kemenkeu dalam laporannya.
Selanjutnya, proporsi kumulatif pembiayaan green sukuk pada sektor ketahanan pangan dan iklim menempati urutan kedua terbesar yaitu sebanyak 28,09% dalam empat tahun terakhir. Lalu, diikuti oleh sektor pengelolaan air atau limbah berkelanjutan sebesar 25%.
Sementara, sektor lainnya memiliki proporsi kumulatif pembiayaan green sukuk lebih rendah. Seperti, pada sektor energi terbarukan (4,92%), efisiensi energi (4,8%), sampah menjadi energi dan pengelolaan sampah (4,58%), bangunan hijau (0,22%), dan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan (0,01%).
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa Indonesia adalah negara pertama yang menerbitkan sukuk hijau negara. Total green sukuk Indonesia selama empat tahun terakhir tersebut juga menjadikan RI penerbit green sukuk terbesar di dunia dan pemimpin pasar sukuk hijau global.
Menurut Sri Mulyani, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menerbitkan lebih banyak green sukuk di masa depan.
“Sukuk ini akan membantu Indonesia mengurangi GRK, membangun perekonomian yang lebih berkelanjutan, dan menciptakan masa depan yang lebih baik tidak hanya bagi seluruh masyarakat Indonesia tetapi juga bagi seluruh dunia,” kata dia dilansir dari laporan tersebut.
(Baca: Indonesia Penerbit Surat Utang Syariah Terbesar Global)