PT Bank Neo Commerce Tbk mencatatkan kerugian Rp 132,86 miliar sepanjang semester I-2021, padahal pada semester I-2020 mampu meraih laba Rp 19,23 miliar. Beban operasional bank yang tumbuh lebih besar dibanding pendapatan menjadi faktor bank yang dimiliki oleh perusahaan fintech Akulaku ini merugi.
Dalam laporan keuangan semester I-2021, pendapatan bunga bersih hanya tumbuh 41,74% menjadi Rp 136,12 miliar pada semester I-2021 dibanding semester I-2020. Sementara beban operasional lainnya bersih melonjak 251,54% menjadi Rp 268,68 miliar pada paruh pertama tahun ini.
Bank swasta yang awalnya bernama PT Bank Yudha Bhakti Tbk tersebut memiliki aset Rp 6,99 triliun per Juni 2021. Dengan rincian, ekuitas sebesar Rp 1,23 triliun dan kewajiban Rp 5,76 triliun.
Adapun kondisi rasio keuangan Bank Neo Commerce, meliputi rasio kewajiban penyediaan minimum (KPMM) turun menjadi Rp 24,73% pada Juni 2021 dari 33,76 per Juni 2020. Kemudian rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) meningkat menjadi Rp 3,42% dari sebelumnya 2,75%. Berikutnya rasio pengembalian dari ekuitas (Return on Equity/ROE) memburuk menjadi minus 25,06% pada Juni 2021 dibanding sebelumnya 4,18%, serta Net Interest margin (NIM) meningkat menjadi 5,13% dari sebelumnya hanya 4,69%.
Sebagai informasi, pemegang saham pengendali (PSP) Bank Neo Commerce adalah PT Gozco Capital sebesar 20,13% per Juni 2021. Sedangkan pemegang saham bukan pengendali yang melalui pasar modal adalah PT Akulaku Silvrr Indonesia sebesar 24,98%, PT Asabri (Persero) 15,36%, Yello Brick enterprice Ltd 11,1% dan masyarakat 22,44%. Sisanya, 5,99% saham BBYB dimiliki oleh pemegang saham bukan PSP yang tidak melalui pasar modal.
Berbeda dengan kinerja keuangannya, harga saham memiliki kode perdagangan BBYB di Bursa Efek Indonesia justru terus bergerak naik. Harga saham bank melonjak 451,72% menjadi Rp 1.950 pada perdagangan, Jumat,27 Agustus 2021 dari posisi akhir 2020 (year to date/ytd).