Membaiknya peringkat utang pemerintah dalam mata uang asing membuat persepsi risiko investasi di Indonesia semakin menurun. Ini tercermin dari turunnya Credit Default Swap (CDS) surat utang Indonesia untuk tenor lima tahun hingga di bawah level 100 sejak akhir November 2017. Alhasil, imbal hasil surat utang Indonesia kini juga turun di kisaran 6 persen.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan 9 November 2017, CDS surat utang Indonesia untuk tenor 5 tahun ditutup di level 76,92 poin turun 9,77 persen dari posisi akhir 2017. Jika dibandingkan dengan posisi setahun sebelumnya, CDS utang Indonesia tersebut sudah turun lebih dari 50 persen. Posisi tersebut juga turun 42 persen dari posisi 18 Mei 2017, sehari sebelum lembaga pemeringkat internasional S&P menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi BBB- dan berada di level layak investasi. Terakhir, Fitch Rating kembali menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi BBB, satu not di atas level terbawah investment grade.
Sebagai informasi, risiko investasi sempat tinggi ketika Amerika dilanda krisis finansial pada 2008. Kala itu CDS utang Indonesia dengan tenor 5 tahun mencapai mencapai di atas level 726 dan tenor 10 tahun sebesar 666. CDS merupakan instrumen derivatif dari kredit yang diperkenalkan oleh JP Morgan pada 1997 dan menjadi indikator yang menggambarkan risiko berinvestasi pada suatu surat utang. Semakin tinggi CDS menggambarkan besarnya risiko investasi dan sebaliknya semakin kecil maka akan semakin berkurang risiko berinvestasi di suatu instrument investasi.