Konflik Sumber Daya Air Global Terus Melonjak hingga 2023

Laporan Pacific Institute yang diolah Statista mengungkap, konflik terkait sumber daya air terus meningkat di dunia.

Pada era 1970-1989, konflik sumber daya air hanya terdapat 49 kasus. Angkanya kemudian naik 45% menjadi 71 kasus pada era 1990-1999.

Lonjakan terbesar terjadi pada 2000-2009 yang meroket hingga 207% menjadi 218 kasus.

Lalu kasus meningkat tajam lagi hingga 184% menjadi 620 kasus pada 2010-2019.

Sementara dalam empat tahun pertama dekade ini saja, Pacific Institute mendata telah terjadi 785 konflik air di seluruh dunia.

Angka tersebut 27% lebih tinggi daripada jumlah konflik yang terkait dengan sumber daya air selama satu dekade dari 2010-2019. Total ada 620 kejadian terlaporkan.

Laporan Pacific Institute yang ditulis Statista ini dikategorikan berdasarkan penggunaan, dampak atau efek yang ditimbulkan oleh air dalam konflik dan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama.

Pertama, disebut 'korban' dan menggambarkan hilangnya sumber daya atau sistem air karena menjadi target kekerasan yang disengaja atau tidak disengaja.

Kedua, didefinisikan sebagai 'senjata', ketika sumber daya atau sistem air digunakan sebagai instrumen atau senjata dalam konflik kekerasan.

Ketiga, sebagai 'pemicu', yang mencakup konflik yang secara langsung terkait dengan penguasaan air. Dalam hal ini, akses ekonomi atau fisik terhadap air, atau kejadian kelangkaan air, telah memicu kekerasan.

(Baca juga: Provinsi dengan Desa/Kelurahan Terdampak Pencemaran Air Terbanyak di RI 2023)