Menurut laporan Kementerian ESDM, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Indonesia mencapai 42,1 gigawatt (GW) pada 2022.
Kapasitas tersebut bertambah 5,1 GW atau tumbuh 13,8% dibanding setahun sebelumnya (year-on-year/yoy), paling pesat dibanding pembangkit listrik jenis lain.
Pada 2022 kapasitas terpasang pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) hanya bertambah 1 GW atau tumbuh 8,7% (yoy).
Kemudian kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga gas/gas uap/mesin gas (PLTG/GU/MG) bertambah 0,7 GW atau tumbuh 3,35% (yoy).
Sementara itu, kapasitas pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) tidak tumbuh sama sekali dalam setahun terakhir.
Jika dilihat secara kumulatif, dalam enam tahun belakangan pertumbuhan PLTU juga merupakan yang terkuat.
Berikut rincian pertumbuhan kapasitas terpasang pembangkit listrik Indonesia selama periode 2017-2022:
- PLTU: meningkat 11,3 GW atau tumbuh 36,7%
- PLTG/GU/MG: meningkat 3,9 GW atau tumbuh 22%
- PLT EBT: meningkat 3,1 GW atau tumbuh 32,9%
- PLTD: meningkat 0,6 GW atau tumbuh 13,6%
Adapun menurut Bloomberg NEF, Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan kapasitas PLTU tertinggi di antara anggota G20.
Namun, hal ini bukan pencapaian yang membanggakan di skala global. Bloomberg NEF justru mendorong negara-negara untuk menekan penggunaan PLTU, demi mengurangi emisi karbon dari pembakaran energi batu bara.
"Sangat penting bagi negara-negara untuk menghentikan listrik berbahan bakar batu bara jika mereka ingin mewujudkan tujuan Perjanjian Paris," kata Bloomberg NEF dalam laporan Climate Policy Factbook COP27 Edition (November 2022).
(Baca: Pertumbuhan PLTU Batu Bara Indonesia Tertinggi di G20)