Kesejahteraan petani perikanan pada 2024 turun dibanding tahun sebelumnya, bila dilihat dari indikator Nilai Tukar Petani (NTP).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, NTP sektor perikanan berada di level 101,88 pada 2024, turun 3,18% dibanding 2023 (year-on-year/yoy).
Detailnya, pada 2024 NTP subsektor perikanan tangkap turun 3,47% (yoy) ke level 101,76, kemudian NTP subsektor perikanan budidaya turun 2,7% (yoy) ke posisi 102,07.
(Baca: UMKM Perikanan Punya Utang Bermasalah Rp834 Miliar Pertengahan 2024)
Adapun NTP sektor-sektor pertanian lainnya naik seperti terlihat pada grafik.
NTP tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan tertinggi, dengan peningkatan NTP 16,05% (yoy) ke level 149,1 pada 2024.
Diikuti NTP tanaman hortikultura yang naik 5,33% (yoy) ke level 117,71; kemudian NTP tanaman pangan naik 2,6% (yoy) ke posisi 110,45; dan NTP peternakan naik 0,66% (yoy) ke level 102,48.
Jika dilihat secara umum, kesejahteraan petani Indonesia membaik sepanjang tahun lalu. Hal ini tercermin dari NTP gabungan yang naik 6,36% (yoy) ke level 119,62 pada 2024.
NTP adalah salah satu indikator untuk mengukur daya beli atau tingkat kesejahteraan petani.
BPS menghitung NTP dengan membandingkan nilai tukar produk hasil pertanian (indeks harga yang diterima petani) dengan biaya produksi dan barang/jasa yang mereka konsumsi (indeks harga yang dibayar petani).
Skor NTP di atas 100 mencerminkan petani mengalami surplus/untung, di mana harga jual produknya lebih besar dari belanja produksi dan konsumsi. Kemudian NTP 100 artinya petani mengalami impas, dan NTP di bawah 100 mencerminkan kondisi defisit/rugi.
(Baca: Nilai Tukar Naik, Kesejahteraan Petani Membaik Sepanjang 2018-2024)