KLHK: Jumlah Titik Panas di Indonesia Capai 115 Dalam 24 Jam Terakhir (Jumat, 9 Mei 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 115 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 281 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Jumat (9/5/2025) pukul 11.53 WIB. Dari 115 titik panas terdeteksi, 3 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 111 titik skala sedang, dan 1 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Tren Bencana Banjir Indonesia Sedekade, Mulai Turun Sejak 2021)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Barat sebanyak 31 titik. Kalimantan Timur menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 16 titik. Sumatera Selatan berada di posisi ketiga sebanyak 13 titik panas.
Sebanyak 11 titik panas terdeteksi di Kalimantan Tengah, Maluku Utara menyusul dengan 8 titik panas, serta Nusa Tenggara Timur dan Ikn masing-masing memiliki 5 dan 4 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.