Menurut data Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kementerian Perindustrian, ada 3.159 unit usaha batik yang tercatat di seluruh Indonesia.
Dari jumlah tersebut, industri batik skala besar-sedang berjumlah 208 unit (tahun 2021), dan usaha batik skala mikro-kecil menengah berjumlah 2.951 unit (tahun 2018).
Jika dirinci berdasarkan wilayah sebarannya, industri batik paling banyak berada di provinsi Jawa Tengah, yakni 2.191 unit usaha mikro-kecil-menengah dan 108 unit usaha skala besar-sedang.
Provinsi dengan jumlah produsen batik terbanyak berikutnya adalah Jawa Timur, Bali, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jambi, Banten, Kalimantan Selatan, DKI Jakarta, dan Sumatra Barat dengan rincian seperti terlihat pada grafik.
Sedangkan produsen batik paling sedikit tercatat di Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Maluku, dan Papua, yakni hanya 1 unit usaha per provinsi.
Adapun UNESCO telah menetapkan batik Indonesia sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity atau Warisan Budaya Tak Benda sejak 2009.
UNESCO menilai batik punya banyak peran dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Bukan hanya sebagai pakaian sehari-hari, tapi juga sebagai busana dalam acara dan ritual-ritual penting.
"Bayi digendong dengan kain batik yang dihiasi simbol untuk membawa keberuntungan bagi anak, dan orang mati diselimuti batik pemakaman. Batik biasa digunakan di lingkungan bisnis, akademis, serta dipakai dalam upacara pernikahan, perayaan kehamilan, dan pertunjukan kesenian," jelas UNESCO dalam situs resminya.
Batik juga dianggap sebagai karya budaya yang merekam sejarah interaksi antara masyarakat Nusantara dengan bangsa-bangsa lain.
"Keragaman pola kain batik mencerminkan berbagai pengaruh, mulai dari kaligrafi Arab, karangan bunga Eropa, burung phoenix Cina, burung merak India atau Persia, hingga bunga sakura Jepang," papar UNESCO.
(Baca: Inilah Sebaran Perusahaan Batik di Indonesia, Jawa Mendominasi)