Selama periode 7 Oktober-6 November 2023, lebih dari 10.000 warga Palestina tewas akibat perang antara Israel dan kelompok militan Hamas.
Korban jiwa Palestina terbanyak berada di Jalur Gaza yakni 10.022 orang, kemudian korban jiwa di Tepi Barat 147 orang.
Di sisi lain, sampai 6 November 2023 jumlah total korban jiwa dari pihak Israel mencapai 1.430 orang.
Laporan penambahan korban jiwa Israel paling banyak tercatat pada pekan pertama perang, yakni 7-12 Oktober 2023. Setelahnya penambahan korban jiwa Israel sangat sedikit dibanding Palestina, seperti terlihat pada grafik.
Data ini dihimpun United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) dari Kementerian Kesehatan Gaza dan keterangan resmi pemerintah Israel.
Selain korban jiwa, OCHA mencatat sampai 6 November 2023 ada sekitar 25.400 korban luka dari pihak Palestina, dan 5.400 korban luka dari pihak Israel.
Kemudian ada sekitar 2.260 warga Palestina di Gaza yang dilaporkan hilang, 1.270 orang di antaranya anak-anak. Mereka yang hilang ini diperkirakan terjebak di bawah reruntuhan bangunan.
Kondisi Pengungsi Semakin Buruk
OCHA juga melaporkan, sampai 6 November 2023 jumlah pengungsi di Gaza sudah melampaui 1,5 juta orang.
Sekitar 717 ribu orang pengungsi berlindung di 149 pos penampungan yang dikelola UNRWA, badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang melayani pengungsi Palestina.
Kemudian sekitar 122 ribu orang pengungsi berlindung di rumah sakit, gereja, dan berbagai fasilitas umum, 110 ribu orang berlindung di pos penampungan non-UNRWA, dan sisanya tersebar di rumah kerabat atau tempat lainnya.
Kondisi para pengungsi dilaporkan semakin buruk, terutama di pos-pos UNRWA yang sudah kelebihan daya tampung.
"Pos pengungsi yang terlalu padat masih menjadi kekhawatiran utama. Lebih dari 557 ribu orang berlindung di 92 fasilitas UNRWA di wilayah selatan Gaza, dan tempat tersebut tidak mampu menampung pendatang baru," kata OCHA dalam siaran persnya, Senin (6/11/2023).
"Pusat Pelatihan Khan Younis, tempat penampungan UNRWA yang paling padat, sudah menampung lebih dari 22.000 pengungsi, luas ruangan untuk setiap orang kurang dari dua meter persegi, dan setidaknya 600 orang berbagi satu toilet."
"Kondisi sanitasi yang memburuk, serta kurangnya privasi dan ruang, menimbulkan bahaya kesehatan dan keamanan. Ribuan kasus infeksi pernafasan akut, diare, dan cacar air telah dilaporkan di kalangan pengungsi di pos-pos penampungan UNRWA," lanjutnya.
Palestina Butuh Bantuan Kemanusiaan Tambahan
Di tengah situasi ini, OCHA mengumumkan bahwa dana bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan warga Palestina bertambah signifikan.
Sebelumnya, pada 12 Oktober 2023 OCHA memperkirakan total kebutuhan dana bantuan adalah US$294 juta atau sekitar Rp4,6 triliun (asumsi kurs Rp15.580 per US$).
Namun, pada 6 November 2023, setelah eskalasi perang yang terus meninggi dan melonjaknya gelombang pengungsian, total dana bantuan yang dibutuhkan naik menjadi US$1,23 miliar atau sekitar Rp19 triliun.
"Kami mengidentifikasi kebutuhan dana sekitar US$1,2 miliar untuk memenuhi kebutuhan mendesak bagi 2,7 juta warga Palestina, yaitu 2,2 juta orang di Jalur Gaza dan 500 ribu orang di Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur, untuk periode Oktober–Desember 2023," kata OCHA dalam siaran persnya, Senin (6/11/2023).
"Angka bantuan tersebut adalah jumlah minimum yang dapat mencegah jatuhnya korban jiwa lebih lanjut, mengingat pengepungan dan pemboman yang sedang berlangsung di Jalur Gaza dan adanya eskalasi konflik di Tepi Barat," lanjutnya.
(Baca: 13 Negara Beri Bantuan untuk Palestina, Totalnya Rp5 Triliun)