ResumeLab, situs pembuat resume dan surat lamaran kerja, melakukan survei terkait perilaku tenaga kerja dalam proses rekrutmen.
Survei itu dilakukan terhadap 1.900 pekerja di Amerika Serikat (AS) selama Agustus 2023. Hasilnya, 70% responden mengaku pernah melakukan manipulasi atau berbohong dalam curriculum vitae (CV) yang mereka buat untuk mencari kerja.
Dari kelompok tersebut, mayoritasnya pernah membesar-besarkan tanggung jawab dan memalsukan jabatan yang tertulis di CV, dengan proporsi masing-masing 52%.
Kemudian 45% responden mengaku pernah memalsukan jumlah bawahan mereka, 37% berbohong soal durasi bekerja di suatu posisi, dan 31% memalsukan nama perusahaan tempat mereka bekerja.
Ada juga responden yang mengarang seluruh pengalaman kerja di CV-nya, menaikkan metrik atau pencapaian kerja mereka, manipulasi keterampilan (skill), dan berbagai manipulasi lain seperti terlihat pada grafik.
Menurut ResumeLab, orang-orang yang memanipulasi CV itu mungkin merasa tidak percaya diri, ingin membuat orang lain terkesan, serta putus asa ingin mendapatkan pekerjaan dengan cepat.
"Berbohong dalam resume Anda bukan hanya tidak etis, tapi juga bisa membuat lamaran pekerjaan Anda ditolak, kehilangan peluang kerja lain, dan merusak reputasi Anda di mata perusahaan lain, terutama yang berada di bidang industri sama. Selain itu, jika Anda tertangkap, hal ini dapat mengakibatkan tindakan hukum seperti denda–dan dalam kasus ekstrem–bahkan hukuman penjara," kata tim ResumeLab.
"Kejujuran selalu menjadi langkah terbaik dalam lamaran kerja dan wawancara. Bahkan sedikit manipulasi kebenaran dapat menimbulkan konsekuensi langsung atau jangka panjang. Daripada berbohong tentang riwayat pekerjaan, pendidikan, atau hal lain, pekerja harus mencoba mengalihkan fokus ke pengalaman dan keterampilan mereka," lanjutnya.
(Baca juga: Hanya Sedikit Karyawan yang Punya Hubungan Sehat dengan Pekerjaannya)