Selama kuartal pertama 2022 harga energi mengalami kenaikan di berbagai belahan dunia.
Menurut survei Ipsos terhadap warga di 30 negara, mayoritas atau 28% responden menganggap kenaikan harga energi disebabkan oleh ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina. Pandangan ini paling banyak berasal dari responden di negara Uni Eropa, yakni Belanda, Italia, dan Belgia.
Kemudian 25% responden lain menganggap kenaikan harga energi terjadi akibat pasokan tidak mampu memenuhi kuota permintaan yang meningkat. Pandangan ini banyak dimiliki responden dari luar Uni Eropa, seperti Korea Selatan, Meksiko, Peru, dan Arab Saudi.
Sebanyak 18% responden menganggap penyebabnya adalah volatilitas harga di pasar minyak dan gas, terbanyak dari responden Malaysia, Afrika Selatan, dan Argentina.
Sementara 13% menganggap harga energi naik karena kebijakan perubahan iklim. Kelompok ini umumnya berasal dari responden India, Jerman, dan Polandia.
Ada juga 16% responden yang merasa tidak yakin akan penyebab kenaikan harga energi. Kelompok yang tidak yakin ini paling banyak berasal dari Rusia, Jepang, dan Jerman.
Survei ini dilakukan secara daring selama periode 18 Februari hingga 4 Maret 2022, dengan melibatkan 22.534 responden berusia 16-74 tahun yang tersebar di 30 negara.
(Baca Juga: Tarif Listrik Indonesia Tergolong Murah di Asia Tenggara)