Menurut data yang dihimpun Public Finance for Energy Database (PFED), negara G20 yang memiliki pembiayaan energi fosil terbesar adalah Kanada.
Selama periode 2017-2021, rata-rata pembiayaan energi fosil Kanada diperkirakan mencapai US$9,7 miliar/tahun. Sedangkan pembiayaan untuk energi bersihnya hanya US$600 juta/tahun, dan energi lainnya US$680 juta/tahun.
'Pembiayaan' yang tercatat di sini mencakup aliran keuangan dari lembaga pembiayaan ekspor pemerintah, lembaga pembiayaan pembangunan, serta bank multilateral di tiap negara.
'Pembiayaan energi fosil' mengacu pada pembiayaan eksplorasi dan ekstraksi pertambangan, konstruksi dan operasi pembangkit listrik, sampai distribusi bahan bakar fosil.
Kemudian 'pembiayaan energi bersih' ditujukan untuk pembangkitan listrik tenaga surya, angin, panas bumi, dan PLTA mikrohidro.
Sedangkan 'pembiayaan energi lainnya' ditujukan untuk PLTA skala besar, biofuel, biomassa, nuklir, dan pembangkit listrik berbasis non-fosil lain.
Negara G20 yang memiliki pembiayaan terbesar untuk energi bersih selama 2017-2021 adalah Jerman, Prancis, dan Brasil, dan Jepang. Sementara pembiayaan untuk energi lainnya paling banyak dimiliki Tiongkok dan Brasil dengan nominal seperti terlihat pada grafik.
Kendati demikian, laporan ini belum 100% merepresentasikan kondisi riil karena ketersediaan data setiap negara berbeda-beda.
"Banyak lembaga yang datanya terbatas atau tidak melaporkan proyek mereka. Tiongkok, Rusia, India, Arab Saudi, Meksiko, Afrika Selatan, Turki, dan Indonesia hanya memiliki sedikit informasi yang bisa diakses publik," kata PFED di situs resminya.
(Baca: Meski Ada Perjanjian Paris, Pembiayaan Energi Fosil G20 Tetap Tinggi)