Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) memetakan sejumlah daerah yang menjadi target penambahan kapasitas energi surya di Indonesia dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN fase kedua atau 2030-2034.
Terbesar adalah Pulau Jawa-Madura-Bali dengan kapasitas penambahan hingga 8.369 megawatt (MW). Angka ini jauh lebih ambisius dari fase pertama 2025-2029 yang direncanakan sebesar 2.563 MW.
Disusul Sumatera, sebesar 1.139 MW yang juga naik signifikan dari fase pertama yang sebesar 467 MW. Lalu ada Sulawesi, sebesar 1.025 MW, naik dari fase pertama sebesar 506 MW.
Kemudian Maluku-Papua-Nusa Tenggara, sebesar 438 MW. Sayangnya turun signifikan dari fase 2025-2029 yang sebesar 1.031 MW.
Penurunan signifikan juga terjadi pada Kalimantan. Pada fase kedua hanya 401 MW, turun drastis dari fase pertama yang dicanangkan sebesar 1.123 MW.
CREA menyebut, Indonesia memiliki potensi tenaga surya yang sangat besar, diperkirakan mencapai 3.295 GW. Sekitar 70% dari rencana penambahan kapasitas surya sebesar 17 GW dialokasikan ke Jawa-Madura-Bali.
"Alokasi ini tampaknya lebih didorong oleh keberadaan infrastruktur jaringan dan pusat permintaan, dibandingkan dengan optimalisasi pemanfaatan wilayah dengan iradiasi matahari tinggi di daerah lain," tulis CREA dalam laporan Indonesia's RUPTL 2025-2034: Fossils First, Renewables Later.
Tim riset menjabarkan, proyek pada RUPTL 2025–2034 menunjukkan bahwa 4,3 GW dari proyek energi surya tersebut akan dilengkapi dengan sistem penyimpanan energi baterai (BESS). Jaringan Sulbagsel ditetapkan untuk sistem BESS berbasis surya sebesar 1,14 GW, sementara jaringan Jawa-Bali dan Kalseltimra masing-masing akan memiliki lebih dari 1 GW.
Secara umum, RUPTL 2025–2034 memang mengalokasikan lebih banyak atau hampir setengah dari tambahan kapasitas baru dalam 10 tahun ke depan untuk jaringan Jawa-Madura-Bali.
Menurut CREA, meskipun terdapat kekurangan besar dalam implementasi fase pertama RUPTL 2021–2030, tidak terlihat adanya ‘dorongan cepat’ untuk menutup kesenjangan tersebut.
"RUPTL 2025–2034 menargetkan total 1,5 GW pada tahun ini, hanya lebih sedikit dari seperempat dari target 5,3 GW yang ditetapkan dalam RUPTL 2021–2030 untuk 2025," kata CREA.
(Baca: Ini Potensi dan Pemanfaatan EBT di Indonesia pada Februari 2025)