Israel menyerang infrastruktur ladang gas South Pars milik Iran pada Sabtu (14/6/2025). Serangan ini membuat Iran menghentikan sementara produksi gas di lokasi tersebut.
Menurut Kobolyev, mantan dewan direksi perusahaan migas Naftogaz asal Ukraina, serangan ini bisa memicu kenaikan harga gas di Eropa.
Kobolyev mengungkapkan, Iran memasok gas ke Turki, yang kemudian menjualnya ke Uni Eropa. Namun, akibat serangan Israel, pasokan gas dari Iran berisiko terhenti.
"Dengan begitu, Turki akan dipaksa mengurangi pasokan gas ke Uni Eropa atau meningkatkan porsi LNG yang lebih mahal. Bagaimanapun, ini akan menyebabkan kenaikan harga di Uni Eropa," kata Kobolyev, disiarkan media Ukraina, Antikor, Minggu (15/6/2025).
Menurut data Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), Iran merupakan salah satu negara produsen gas utama di skala global.
Pada tahun 2023 Iran mampu memproduksi gas 275 miliar meter kubik. Angka ini setara 6,4% dari total produksi global, menempatkan Iran di peringkat ketiga dunia.
Berikut daftar lengkap 10 negara produsen gas terbesar pada 2023, menurut data OPEC:
- Amerika Serikat: 1,07 triliun meter kubik
- Rusia: 636,9 miliar meter kubik
- Iran: 275 miliar meter kubik
- China: 226,8 miliar meter kubik
- Qatar: 211,06 miliar meter kubik
- Kanada: 207,46 miliar meter kubik
- Australia: 160,94 miliar meter kubik
- Arab Saudi: 123,53 miliar meter kubik
- Norwegia: 117,18 miliar meter kubik
- Algeria: 104,28 miliar meter kubik
(Baca: 20 Perusahaan Produsen Gas Terbesar di Indonesia Semester I 2024)