Pertamina membagi perkiraan transisi energi terbarukan di Indonesia dalam tiga skenario. Ketiganya adalah Business as Usual (BAU), Market Driven (MD), dan Green Transition (GT). Pemanfaatan gas kota (city gas) dan kompor listrik merupakan unsur yang diprediksi akan dinikmati masyarakat.
Dalam skenario BAU, penetrasi transisi energi untuk mengurangi emisi karbon masih rendah. Batu bara masih mendominasi penggunaan energi. Sehingga masyarakat yang menikmati gas kota hanya 10 juta rumah tangga pada 2050. Sementara itu, baru 1 juta rumah tangga yang menggunakan kompor listrik.
Skenario MD menekankan pada penetrasi transisi energi yang mulai didukung sejumlah kebijakan terkait emisi, kendaraan listrik (EV), dan energi terbarukan (EBT). Sekitar 30 juta rumah tangga telah menikmati gas kota dan 6 juta rumah tangga memanfaatkan kompor listrik pada 2050.
GT merupakan skenario dengan penetrasi tinggi energi transisi. Beragam kebijakan guna mengurangi emisi karbon juga menjamin adanya perubahan konsumsi energi. Serupa dengan MD, ada 30 juta rumah tangga yang akan menikmati gas kota pada 2050 seperti yang direncanakan dalam skenario GT. Tetapi penggunaan kompor listrik mencapai 25 juta rumah tangga.
(Baca: Bagaimana Tren Impor Minyak Bumi, BBm, dan LPG dalam Tiga Tahun Terakhir?)