Permintaan Integrasi Energi Terbarukan Berpotensi Besar Meningkat

Perusahaan multinasional minyak dan gas, Total memprediksi permintaan terhadap energi fosil akan menurun di masa mendatang. Sebaliknya, permintaan energi terbarukan bakal meningkat dan terintegrasi. 

Total membagi prediksi permintaan energi dalam dua skenario, yakni momentum dan rupture. Dalam skenario momentum, perjanjian rendah karbon hanya diperhitungkan di Eropa. Sementara aksi di luar Eropa berdasarkan target tiap negara dan berpedoman pada Perjanjian Paris. Sebaliknya, rupture adalah rencana yang memperhitungkan seluruh negara berkomitmen terhadap nol karbon yang didukung dengan kebijakan publik. Rencana terhadap pengurangan karbon berjalan lebih masif. Target kenaikan suhu global hanya 1,5 derajat celsius. 

Dalam skenario momentum, Total memprediksi permintaan gas mendominasi pada 2050. Jumlahnya mencapai 30,6%. Pembangkit listrik yang menggunakan gas menjadi dasar stabilitas dan fleksibilitas integrasi terhadap energi terbarukan. Permintaan energi terbarukan sebesar 27,8%. Sebaliknya, rencana rupture menunjukkan mayoritas permintaan pada energi terbarukan, 53,1%. Sedangkan permintaan gas hanya 28,1%.

(Baca: Kapasitas Energi Terbarukan Global Naik Hampir 4% pada 2020)