PT Pertamina Persero telah merilis kinerja keuangan triwulan III 2017. Sepanjang periode Januari-September tahun ini, laba perusahaan minyak milik pemerintah tersebut menyusut 29,7 persen menjadi US$ 1,99 miliar atau setara Rp 26,87 triliun (kurs Rp 13.500 per dolar Amerika Serikat) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk jenis tertentu, yakni premium dan solar subsidi yang tidak mengalami penyesuaian sejak awal tahun menjadi penyebab turunnya pundi keuntungan Pertamina.
Menurut Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman, harga BBM premium saat ini ditetapkan Rp 6.450 per liter. Padahal sesuai harga keekonomiannya seharusnya dijual Rp 7.450 per liter, sehingga terdapat potensi penurunan pendapatan perusahaan sebesar Rp 1.000 per liter. Demikian pula harga solar subsidi dijual dengan harga Rp 5.150 per liter, padahal jika menurut harga formula yang ditetapkan sebesar Rpp 6.500 per liter, juga terdapat selisih harga sebesar Rp 1.350 per liter. Ini yang membuat laba Pertamina turun cukup dalam dalam sembilan pertama 2017.
Sementara pendapatan Pertamina untuk periode Januari-September 2017 masih mencatatkan pertumbuhan 19,8 persen menjadi US$ 31,38 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 26,2 miliar.