Sejak Maret 2022 Rusia sudah mendapat sanksi ekonomi dari berbagai negara dan lembaga internasional akibat invasinya ke Ukraina.
Kendati demikian, selama perang berlangsung Rusia tetap mampu meraih pendapatan besar dari ekspor energi fosil berupa minyak bumi, gas bumi, dan batu bara.
"Pendapatan dari ekspor bahan bakar fosil menjadi pendukung utama pembiayaan militer dan agresi Rusia terhadap Ukraina," tegas Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), lembaga riset asal Finlandia, dalam laporannya yang bertajuk Financing Putin's War.
Menurut data CREA, selama perang berlangsung Cina menjadi pelanggan utama batu bara Rusia dengan nilai transaksi paling besar dibanding negara lainnya.
Berikut daftar 10 negara pembeli batu bara terbesar dari Rusia sejak awal perang 24 Februari 2022 sampai 1 Agustus 2022:
- Cina: US$2,88 miliar
- India: US$924 juta
- Jepang: US$889 juta
- Turki: US$803 juta
- Belanda: US$791 juta
- Korea Selatan: US$590 juta
- Jerman: US$493 juta
- Polandia: US$432 juta
- Italia: US$309 juta
- Spanyol: US$132 juta
CREA pun mendorong negara-negara untuk membatasi bahkan menyetop total pembelian energi fosil dari Rusia, demi membantu mengakhiri kekacauan perang di wilayah Ukraina.
"Buat rencana untuk mengganti energi fosil Rusia dengan energi bersih sesegera mungkin," tambah CREA.
(Baca Juga: Biayai Invasi Putin, Ini Negara Pembeli Gas Rusia Terbesar Selama Perang)