Menurut Global Hunger Index (GHI), kelaparan di Indonesia sudah berkurang dalam beberapa tahun terakhir.
Kendati begitu, tingkat kelaparan Indonesia masih tergolong tinggi dibanding negara-negara tetangga.
(Baca: Kelaparan Indonesia Berkurang pada 2023, Rekor Terendah Baru)
GHI mengukur tingkat kelaparan di suatu negara berdasarkan 4 indikator, yaitu:
- Prevalensi kurang gizi (undernourishment);
- Prevalensi anak dengan tinggi badan di bawah rata-rata/kerdil (child stunting);
- Prevalensi anak dengan berat badan di bawah rata-rata/kurus (child wasting); dan
- Angka kematian anak (child mortality).
Berbagai indikator ini kemudian dirumuskan menjadi skor berskala 0—100. Makin tinggi skornya, kondisi kelaparan di suatu negara diasumsikan semakin buruk.
Berikut rincian kategori tingkat kelaparan menurut skor GHI:
- Skor 0—9,9: Tingkat kelaparan rendah
- Skor 10—19,9: Tingkat kelaparan sedang
- Skor 20—34,9: Tingkat kelaparan serius
- Skor 35—49,9: Tingkat kelaparan mengkhawatirkan
- Skor 50—100: Tingkat kelaparan sangat mengkhawatirkan/ekstrem
Berdasarkan kategorisasi tersebut, pada 2023 Indonesia memiliki skor 17,6, masuk kategori kelaparan "sedang".
Skor itu juga menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kelaparan tertinggi (atau terburuk) ke-2 dari 9 negara ASEAN yang diriset.
Satu-satunya negara tetangga yang tingkat kelaparannya lebih tinggi (atau lebih buruk) dari Indonesia hanya Timor Leste.
Sementara, 7 negara ASEAN lain memiliki tingkat kelaparan lebih rendah (atau lebih baik), yakni Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina, Kamobja, Myanmar, dan Laos.
Adapun skor indeks Singapura dan Brunei Darussalam tidak tercatat di basis data GHI.
(Baca: Banyak Makanan Terbuang di Indonesia, Nilainya di Atas Rp200 Triliun per Tahun)