Badan Pusat Statistik mencatat, konsumsi rumah tangga menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023. Adapun pertumbuhan ekonomi saat ini mencapai 5,17% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Konsumsi rumah tangga menyumbang mayoritas atau 53,31% dari total pertumbuhan domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II-2023. Komponen ini tumbuh 5,32% secara tahunan (yoy).
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud mengatakan, ada sejumlah faktor pendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2023. Di antaranya, perayaan hari besar keagamaan, yakni Ramadan dan Idul Fitri, yang disertai dengan pemberian tunjangan hari raya atau THR.
“Dari sisi daya belinya, ada penambahan pendapatan (masyarakat) yaitu dari THR dan Gaji ke-13 yang dibayarkan pada kuartal II- 2023,” kata Edy dalam konferensi pers online di kanal YouTube BPS, Senin (7/8/2023).
Kemudian, dorongan konsumsi rumah tangga juga tercermin dari peningkatan mobilitas masyarakat selama periode libur hari besar keagamaan dan libur sekolah.
"Kelompok konsumsi rumah tangga yang tumbuh cukup tinggi, antara lain transportasi dan komunikasi, pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya, serta restoran dan hotel," kata Edy.
Selain pertumbuhan konsumsi rumah tangga, komponen lain yang menyumbang pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2023 adalah pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi. Komponen tersebut terpantau tumbuh 4,63% secara tahunan (yoy), dengan sumbangan terhadap PDB kuartal II-2023 sebesar 27,90%.
Kemudian, konsumsi pemerintah pada kuartal II-2023 juga memberi kontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi RI, tumbuh 10,52% yoy, dengan sumbangan pada PDB sebesar 7,51%.
Lalu, pertumbuhan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) tercatat sebesar 8,62% yoy dengan kontribusi sebesar 1,24%.
Di sisi lain, perdagangan luar negeri Indonesia mencatat pertumbuhan negatif. Padahal, menurut Edy, baik ekspor maupun impor masih tumbuh signifikan pada kuartal I-2023.
“Komponen perdagangan luar negeri mengalami kontraksi yaitu sebesar 2,75% (yoy) untuk kegiatan ekspor, sementara 3,08% (yoy) untuk kegiatan impor,” kata Edy.
Meski demikian, komponen ekspor berkontribusi sebesar 20,25% terhadap ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023. Sementara, komponen impor mengalami kontraksi 18,54% terhadap PDB Indonesia.
(Baca: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,17% pada Kuartal II-2023)