Tiga perusahaan teknologi besar Asia Tenggara, yakni GoTo, Grab, dan Sea Ltd sama-sama merugi miliaran dolar pada 2022.
Hanya bedanya, kerugian Grab dan Sea Ltd menyusut, sedangkan kerugian GoTo membengkak signifikan.
Menurut laporan keuangan yang belum diaudit, pada 2022 GoTo mencetak rugi bersih Rp40,4 triliun atau sekitar USD 2,7 miliar (kurs Rp15.174 per USD), bengkak sekitar 58% dibanding kerugian tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
"Hal ini (pembengkakan kerugian) disebabkan oleh beberapa pos yang bersifat nontunai atau sekali pakai, dan tidak mencerminkan kinerja operasional grup," klaim manajemen GoTo dalam siaran persnya (20/3/2023).
GoTo mengklaim kerugiannya bengkak karena penurunan goodwill senilai Rp11 triliun dari penggabungan usaha Gojek dan Tokopedia, penurunan nilai investasi GoTo di JD.ID yang tutup pada awal 2023, serta naiknya beban kompensasi karyawan berbasis saham.
Sementara itu, pada 2022 rugi bersih Grab menyusut 51% (yoy) menjadi sekitar USD 1,7 miliar.
"Kami mencapai hasil ini dengan berfokus menangkap naiknya permintaan mobilitas, mengoptimalkan biaya, mengurangi biaya layanan, dan berinovasi pada produk dan layanan," kata CEO dan Co-Founder Grab Anthony Tan dalam siaran persnya (23/2/2023).
Rugi bersih perusahaan induk Shopee, yakni Sea Ltd, juga menyusut 19% (yoy) menjadi sekitar USD 1,7 miliar. Kendati kinerjanya membaik, CEO Sea Ltd Forrest Li menyatakan perusahaannya masih menghadapi banyak tantangan.
"Mengingat ketidakpastian ekonomi makro dan pivot bisnis kami baru-baru ini, kami akan terus memantau pasar dengan cermat dan menyesuaikan langkah kami," kata Forrest Li dalam siaran persnya (7/3/2023).
"Meski mungkin ada fluktuasi jangka pendek dalam kinerja kami, kami tetap sangat percaya diri dalam potensi pertumbuhan jangka panjang dari pasar kami," lanjutnya.
(Baca: Awal 2023, Pengunjung E-Commerce Indonesia Menurun)