Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami inflasi tahunan 4,33% (year-on-year/yoy) pada April 2023.
Laju inflasi tersebut melanjutkan tren penurunan yang terjadi sejak Maret 2023, serta mendekati target Bank Indonesia (BI) yang ingin menekan laju inflasi ke kisaran 3±1% tahun ini.
BPS mencatat, komoditas yang memiliki andil besar terhadap inflasi tahunan pada April 2023 adalah beras, bawang merah, telur ayam ras, rokok kretek, ikan segar, rokok putih, rokok kretek filter, bahan bakar rumah tangga, kontrak/sewa rumah, tarif listrik, dan upah asisten rumah tangga.
Laju inflasi juga dipengaruhi kenaikan harga tarif angkutan dalam kota, tarif angkutan udara, tarif angkutan antar kota, mobil, bensin, uang kuliah akademi/perguruan tinggi, nasi dengan lauk, dan emas perhiasan.
Sementara, komoditas yang memberikan andil terhadap deflasi atau penurunan harga tahunan adalah daging ayam ras, minyak goreng, dan telepon seluler.
(Baca: Harga Beras Naik Lagi, Tembus Rekor Baru Usai Lebaran)
Jika dilihat dari kelompok pengeluarannya, pada April 2023 inflasi paling besar terjadi di sektor transportasi. Rinciannya adalah sebagai berikut:
- Transportasi: 11,96% (yoy)
- Perawatan pribadi dan jasa lainnya: 4,67% (yoy)
- Makanan, minuman dan tembakau: 4,58% (yoy)
- Penyediaan makanan dan minuman/restoran: 3,79% (yoy)
- Perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga: 3,27% (yoy)
- Pendidikan: 2,75% (yoy)
- Kesehatan: 2,6% (yoy)
- Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga: 2,53% (yoy)
- Rekreasi, olahraga, dan budaya: 2,38% (yoy)
- Pakaian dan alas kaki: 1,8% (yoy)
Hanya ada satu kelompok pengeluaran yang harganya turun atau mengalami deflasi tahunan pada April 2023, yakni sektor informasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan deflasi 0,25% (yoy).
(Baca: Sepekan Usai Lebaran, Harga Minyak Goreng Cenderung Stabil)