Selama periode 2020-2021 negara-negara ASEAN telah membuat kesepakatan pembiayaan internasional untuk megaproyek minyak dan gas bumi (migas) dengan nilai total US$17,1 miliar.
Hal ini dilaporkan Sekretariat ASEAN dalam ASEAN Investment Report yang dirilis September 2022. Adapun seluruh megaproyek migas yang tercatat dalam laporan ini memiliki nilai kesepakatan pembiayaan di atas US$1 miliar.
Pada 2020-2021 Indonesia tercatat memiliki kesepakatan pembiayaan internasional (international project finance deals) untuk megaproyek migas senilai US$9 miliar. Angka ini merupakan yang paling besar di ASEAN.
Jika dirinci lagi, pada periode tersebut Indonesia menyepakati pembiayaan internasional US$7 miliar untuk megaproyek Indonesia Deepwater Development (IDD) dengan sponsor utama Chevron (Amerika Serikat).
Kemudian Indonesia menyepakati pembiayaan internasional US$2 miliar untuk megaproyek Ubadari Field and Vorwata Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Sponsor utamanya adalah British Petroleum (Inggris), Mitsubishi (Jepang), ENEOS Holdings (Jepang), Sumitomo (Jepang), KG Berau (Indonesia) dan China National Offshore Oil (Tiongkok).
Kesepakatan megaproyek migas internasional terbesar berikutnya masuk ke Vietnam, yakni senilai US$5,1 miliar dengan sponsor utama ExxonMobil (Amerika Serikat) dan Tokyo Electric Power (Jepang).
Kemudian Malaysia memiliki kesepakatan megaproyek migas internasional senilai US$3 miliar dengan sponsor utama ExxonMobil (Amerika Serikat).
Sedangkan negara ASEAN lain seperti Singapura, Filipina, Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Brunei Darussalam tidak tercatat memiliki kesepakatan pembiayaan serupa.
(Baca: RI Punya 4 Proyek Migas Besar sampai 2027, Ini Nilai Investasinya)