RI Punya 4 Proyek Migas Besar sampai 2027, Ini Nilai Investasinya

Pertambangan
1
Adi Ahdiat 03/10/2022 11:20 WIB
Nilai Investasi 4 Proyek Migas Besar di Indonesia (2022-2027)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Minyak dan gas bumi (migas) memegang peran penting dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional. Karena itu, pemerintah Indonesia masih terus berupaya untuk mengembangkan produksi pertambangan migas.

"Masih ada 70 potensi cekungan yang belum dieksplorasi untuk ditawarkan kepada investor," jelas Kementerian ESDM dalam Reviu Informasi Strategis Energi dan Mineral Harian yang dirilis 22 September 2022.

"Selain itu, pemerintah akan mengakselerasi eksplorasi lima wilayah kerja di Indonesia Timur, yakni Buton, Timor, Seram, Aru-Arafura, dan West Papua Onshore," lanjutnya.

Kementerian ESDM juga mengungkapkan, saat ini ada empat proyek migas besar yang diharapkan bisa meningkatkan produksi migas nasional.

Pertama, proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) milik Chevron yang mencakup dua area di Gendalo dan Gehem, Kutai Basin, Kalimantan Timur.

Rencananya proyek IDD akan berjalan pada kuartal keempat tahun 2025, dengan potensi produksi minyak bumi 27.000 Barrel of Oil Per Day (BOPD) dan gas alam 844 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD).

"(IDD) ini memiliki nilai investasi US$6,98 miliar atau Rp104,7 triliun dengan kurs Rp15.000 per dolar AS," kata Kementerian ESDM.

Kedua, pemerintah melalui PT Pertamina juga mempunyai Proyek Jambaran Tiung Biru yang berlokasi di Cepu, Jawa Timur. Proyek yang sudah mulai beroperasi pada Juli 2022 ini menyimpan 190 MMSCFD gas bumi dengan nilai proyek US$1,53 miliar atau Rp22,9 triliun.

Ketiga, proyek Tangguh Train-3 yang terletak di Teluk Bintuni, Papua Barat. Proyek yang dijalankan oleh BP ini memiliki potensi produksi minyak bumi 3.000 BCPD dan gas bumi 700 MMSCFD. Proyek ini dijadwalkan on stream pada Desember 2022 dengan nilai invetasi mencapai US$8,9 miliar atau Rp133,5 triliun.

Keempat, proyek gas alam cair atau LNG Abadi Masela yang dioperatori oleh Inpex Corporation. Proyek yang terletak di Kabupaten Tanimbar, Maluku ini ditargetkan beroperasi pada kuartal kedua tahun 2027.

Kementerian ESDM menyebut Blok Masela memiliki nilai investasi US$19,8 miliar atau sekitar Rp297 triliun. Potensi produksinya diperkirakan 9,5 million ton per annum (MTPA), terdiri dari 1.600 MMSCFD, 150 MMSCFD, dan 35.000 BCPD.

(Baca: Produksi Minyak Dunia Meningkat, Akankah Harganya Turun?)

Editor : Adi Ahdiat
Data Populer
Lihat Semua