Bank Dunia memprediksi harga minyak kelapa sawit (palm oil) akan turun mulai tahun ini sampai 2025.
Prediksi itu tercatat dalam laporan Commodity Markets Outlook edisi Oktober 2023.
(Baca: Daftar 10 Perusahaan Sawit Terbesar di Indonesia Tahun 2022)
Menurut Bank Dunia, rata-rata harga minyak sawit sepanjang tahun 2023 akan mencapai US$920 per ton, lebih rendah sekitar 28% dibanding rata-rata tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Kemudian pada 2024 rata-rata harganya diprediksi lanjut melemah 2% (yoy), dan pada 2025 turun lagi 6% (yoy) dengan rincian nominal seperti terlihat pada grafik.
Dalam Commodity Markets Outlook edisi Oktober 2023 Bank Dunia tidak merinci faktor apa saja yang berpotensi menekan harga minyak sawit dalam dua tahun ke depan.
Namun, dalam laporan sebelumnya, Bank Dunia sempat menyatakan bahwa kebijakan anti-deforestasi Uni Eropa menjadi faktor risiko jangka panjang bagi industri pertanian dan perkebunan, termasuk kelapa sawit.
"Risiko utama jangka panjang bagi pasar komoditas pertanian adalah regulasi lingkungan hidup Uni Eropa yang berupaya memoderasi deforestasi global, yang akan memberikan manfaat jangka panjang terhadap perubahan iklim dan pertanian berkelanjutan," kata Bank Dunia dalam Commodity Markets Outlook edisi April 2023.
"Namun, regulasi Uni Eropa tersebut juga menimbulkan ketidakpastian bagi banyak komoditas pangan yang ditanam di kawasan hutan—seperti kakao, kopi, kelapa sawit, dan kedelai," lanjutnya.
Kendati begitu, Bank Dunia memprediksi konsumsi minyak sawit untuk pembuatan biodiesel akan meningkat di beberapa negara.
"Permintaan minyak sawit untuk biodiesel akan meningkat di dua negara produsen sawit terbesar, yaitu Indonesia dan Malaysia," kata Bank Dunia dalam Commodity Markets Outlook edisi Oktober 2023.
"Indonesia meningkatkan mandat biodiesel dari 30 persen menjadi 35 persen tahun ini, sementara mandat biodiesel di Malaysia 20 persen," lanjutnya.
(Baca: Permintaan Global Melemah, Harga CPO Turun pada Oktober 2023)