Menurut laporan Kementerian Investasi, realisasi investasi hilirisasi di Indonesia pada kuartal III 2025 mencapai Rp150,6 triliun, naik 64,6% dibanding periode sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
"Kontribusinya secara perlahan meningkat, kalau dulu masih di level 25%-26% dari total investasi yang masuk, sekarang dari sektor hilirisasi itu sudah mencapai 30,6%," kata Menteri Investasi Rosan Roeslani dalam konferensi pers, Jumat (17/10/2025).
Pada kuartal III 2025, investasi hilirisasi paling banyak masuk ke sektor mineral, yaitu senilai Rp97,8 triliun.
Investasi ini terbagi untuk hilirisasi komoditas nikel Rp42 triliun, tembaga Rp21,2 triliun, bauksit Rp15,6 triliun, besi baja Rp9,5 triliun, timah Rp1,5 triliun, dan mineral lainnya Rp8 triliun.
Komoditas mineral lainnya meliputi pasir silika, emas, perak, kobalt, mangan, batu bara, aspal buton, dan logam tanah jarang.
Berikutnya ada investasi hilirisasi di sektor perkebunan dan kehutanan sebesar Rp35,9 triliun.
Rinciannya, untuk hilirisasi kelapa sawit Rp21 triliun, kayu log Rp11,7 triliun, karet Rp1,6 triliun, dan komoditas lainnya (pala, kelapa, kakao, dan biofuel) Rp1,6 triliun.
Lalu sektor minyak dan gas bumi menerima investasi hilirisasi senilai Rp15,4 triliun, terdiri atas hilirisasi minyak bumi Rp10,4 triliun dan gas bumi Rp5 triliun.
Terakhir, investasi hilirisasi di sektor perikanan dan kelautan senilai Rp1,5 triliun. Investasi ini untuk hilirisasi garam; ikan tuna, cakalang, tongkol; udang; rumput laut; rajungan; dan tilapia.
Secara keseluruhan, total investasi yang masuk ke Indonesia pada kuartal III 2025 mencapai Rp491,4 triliun, tumbuh 13,9% (yoy).
Nilai itu terdiri atas penanaman modal asing (PMA) Rp212 triliun (43,1%), dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp279,4 triliun (56,9%). Seluruh realisasi investasi ini mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 696.478 orang.
(Baca: 10 Negara dengan Kapasitas Kilang Minyak Terbesar pada 2024)