S&P Global menyebut, tidak ada tanda perubahan signifikan selama dua bulan berturut-turut dalam bisnis manufaktur Indonesia.
Ini terlihat dari skor Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia yang tercatat di angka 50,4 pada September 2025, turun dari Agustus 2025 yang sebesar 51,5 poin.
Indeks tersebut merupakan hasil survei terhadap kalangan manajer dari ratusan sampel perusahaan. Indikator surveinya meliputi pertumbuhan volume produksi, pesanan ekspor dan domestik, jumlah tenaga kerja, jangka waktu pengiriman pasokan, serta stok bahan yang dibeli setiap perusahaan.
Skala skor ditetapkan sebesar 0-100 poin. Skor di bawah 50 mencerminkan adanya pelemahan atau kontraksi; skor 50 artinya stabil atau tak ada perubahan; dan skor di atas 50 menunjukkan penguatan atau ekspansi dibanding bulan sebelumnya.
Tim analis menyebut, perusahaan sering mengaitkan kenaikan dengan permintaan pasar atas barang yang meningkat. Kondisi permintaan nampaknya didorong oleh perekonomian domestik, karena permintaan internasional menurun selama dua kali dalam tiga bulan terakhir di tengah penurunan permintaan luar negeri.
"Meski permintaan baru terus bertumbuh, produksi menurun pada bulan September," tulis tim analis dalam keterangannya, dikutip pada Selasa (7/10/2025).
Output produksi juga turun selama lima kali dalam enam bulan terakhir, meski marginal karena perusahaan mencatat penurunan daya beli klien. Meski output menurun, peningkatan kondisi permintaan mendorong perusahaan untuk menaikkan pembelian input selama dua bulan berturut-turut.
Sejalan dengan itu, perusahaan menaikkan inventaris pra dan pascaproduksi untuk mempersiapkan kenaikan produksi di tengah tanda-tanda perbaikan permintaan. Namun demikian, perusahaan juga mencatat bahwa input dan barang jadi juga dibeli dan disimpan untuk melindungi kenaikan harga bahan baku.
"Dari segi pasokan, waktu pengiriman rata-rata untuk input banyak berkurang dalam dua tahun di tengah pengiriman langsung ke produsen," kata tim analis.
S&P Global melihat, perusahaan cukup percaya diri bahwa tanda-tanda awal pertumbuhan akan terus berkembang. Ini searah dengan meningkatnya kepercayaan diri terhadap output dalam 12 bulan mendatang dibandingkan dengan bulan Agustus, serta merupakan yang paling tinggi dalam empat bulan.
Terlebih lagi, ketenagakerjaan naik selama dua bulan berturut-turut untuk mengimbangi permintaan. Kapasitas tambahan juga membantu perusahaan mengurangi pekerjaan yang belum terselesaikan meski tingkat penurunan tidak berubah sejak survei sebelumnya.
(Baca: Bisnis Manufaktur Indonesia Masih Lesu sampai Juli 2025)