Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menghimpun rasio belanja militer terhadap produk domestik bruto (PDB) dari dua negara yang kini tengah berkonflik, Kamboja dan Thailand.
Rasio belanja terhadap PDB kedua negara sebenarnya tak berbeda signifikan. Sejak dua dekade lalu atau 2000, berada di rentang 0,60%-2% per tahunnya.
Di beberapa waktu, Kamboja memang memasang alokasi belanja lebih tinggi daripada Thailand. Seperti pada 2000 yang sebesar 2,19%, sedangkan Thailand hanya 1,49% dari PDB negaranya.
Tahun tersebut menjadi yang tertinggi untuk Kamboja. Sementara rasio belanja militer tertinggi Thailand jatuh pada 2009 yang sebesar 1,54% terhadap PDB.
SIPRI juga mendata persentase belanja militer dari pengeluaran pemerintah kedua negara. Secara proporsi, Kamboja memang menetapkan angka lebih tinggi.
Proporsi belanja pemerintah Kamboja paling tinggi jatuh pada 2000 yang sebesar 14,69%. Sementara Thailand juga pada 2000 sebesar 8,04%. Namun yang perlu diingat, pendapatan kedua negara berbeda. Thailand lebih tinggi daripada Kamboja.
(Baca: Adu Rasio Belanja Militer Israel vs Iran dalam Dua Dekade)
Melansir Katadata, Thailand melancarkan serangan udara ke dua kawasan fasilitas militer Kamboja di Provinsi Ubon Ratchathani. Provinsi tersebut masuk dalam wilayah Thailand yang berada sekitar 450 kilometer (km) arah utara dari Ibu Kota Kamboja, Phnom Penh.
Wakil Juru Bicara Angkatan Darat Kerajaan Thailand, Kolonel Ritcha Suksuwanon, mengatakan serangan tersebut berlangsung pada Kamis, 24 Juli siang ini.
“Kami telah menggunakan kekuatan udara untuk menyerang sasaran militer sesuai rencana,” kata Suksuwanon, sebagaimana diberitakan oleh Bangkok Post pada Kamis (24/7).
Serangan udara ini terjadi hanya beberapa jam setelah tentara Kamboja menembaki pangkalan militer Thailand di Provinsi Surin, wilayah timur laut Thailand, serta meluncurkan roket ke kawasan perbatasan di Provinsi Si Sa Ket.
Dikutip dari The New York Times, sengketa perbatasan ini berawal dari peta tahun 1907 yang dibuat pada masa penjajahan Prancis di Kamboja. Peta tersebut menjadi dasar klaim Kamboja atas beberapa wilayah di perbatasan. Namun karena peta itu tidak jelas, terjadi perbedaan penafsiran, dan Thailand menolak klaim tersebut.
(Baca Katadata: Akar Konflik Thailand-Kamboja, Dipicu Masalah Perbatasan Sejak Masa Lampau)