Sektor manufaktur Indonesia melemah pada Agustus 2024. Sementara di beberapa negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, dan Filipina industrinya masih ekspansif.
Hal ini terlihat dari laporan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang dirilis S&P Global.
(Baca: Permintaan Pasar Berkurang, Indeks Manufaktur RI Melemah Lagi)
PMI adalah indeks yang mencerminkan pertumbuhan industri secara bulanan. Indeks ini disusun dari hasil survei terhadap kalangan manajer dari ratusan sampel perusahaan di setiap negara.
Variabel yang disurvei meliputi pertumbuhan volume produksi, pesanan ekspor dan domestik, jumlah tenaga kerja, jangka waktu pengiriman pasokan, serta stok bahan yang dibeli setiap perusahaan.
Hasil survei kemudian diolah menjadi skor berskala 0-100. Skor PMI di bawah 50 mencerminkan adanya pelemahan; skor 50 artinya stabil atau tidak ada perubahan; dan skor di atas 50 menunjukkan penguatan atau ekspansi dibanding bulan sebelumnya.
Pada Agustus 2024 skor PMI manufaktur Vietnam, Thailand, dan Filipina masih di atas 50, menunjukkan adanya ekspansi meski lajunya sama atau tak sekuat bulan sebelumnya.
Di sisi lain skor Malaysia, Indonesia, dan Myanmar kurang dari 50, mencerminkan adanya kontraksi atau penurunan bisnis baik pada Juli maupun Agustus 2024.
Adapun menurut Maryam Baluch, ekonom dari S&P Global Market Intelligence, industri manufaktur ASEAN secara umum mengalami penurunan permintaan.
"Data terkini mengungkap perlambatan terjadi karena penurunan permintaan asing terus menghambat pertumbuhan," kata Maryam dalam siaran pers, Rabu (4/9/2024).
"Gambaran tenaga kerja tampak suram. Meski tekanan kapasitas naik, perusahaan mencatat ada penurunan jumlah penggajian, meski kecil. Perusahaan memilih terus menggunakan inventaris untuk memenuhi keperluan organisasi," lanjutnya.
(Baca: Kinerja Sektor Manufaktur RI Turun 12 Tahun Beruntun)