Pada semester I 2022 negara pasar utama ekspor furnitur kayu Indonesia adalah Amerika Serikat (AS), Jepang, Belanda, Jerman, Belgia, Australia, Inggris, Prancis, Kanada, dan Spanyol.
Namun, pada semester I 2023, hampir seluruh negara tersebut mengurangi belanjanya.
(Baca: Ekspor Industri Furnitur Indonesia Melemah pada Semester I 2023)
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada semester I 2023 nilai ekspor furnitur kayu ke AS hanya US$401,9 juta, turun 35% dibanding semester I tahun lalu.
Dalam periode sama, nilai ekspor furnitur kayu ke Jepang turun 25%, Belanda turun 40%, Jerman turun 47%, dan Belgia turun 23%.
Kemudian nilai ekspor komoditas serupa ke Australia turun 42%, Inggris turun 27%, Prancis turun 13%, dan Kanada turun 58%.
Satu-satunya negara pasar utama furnitur kayu yang menambah belanjanya adalah Spanyol. Tapi kenaikannya tidak signifikan, yakni hanya sekitar 3% dengan rincian nominal seperti terlihat pada grafik.
Adapun menurut Presiden Jokowi, kinerja ekspor industri furnitur secara umum turun karena kemitraan internasional yang lemah.
"Menurut saya, (penurunan ekspor) ini karena kita tidak ber-partner, negara lain saling ber-partner. Sehingga, memang harus mau terbuka, mau ber-partner dengan industri perusahaan mebel dari luar," kata Jokowi saat memberi sambutan di IFFINA Indonesia Meubel & Design Expo, ICE BSD, Tangerang, Kamis (14/9/2023).
Jokowi pun mendorong para pelaku industri furnitur agar memasukkan produknya ke e-katalog pemerintah, untuk meluaskan pasar di dalam negeri.
"Kalau kita gabung dengan APBN, APBD, BUMN, belanja (furnitur) kita sudah sampai Rp1.236 triliun. Itu bukan hanya mebel. Mebel hampir US$1,1 miliar dan banyak diisi oleh furnitur impor," kata Jokowi.
"Artinya bolanya semua ada di bapak-ibu untuk ber-partner dan mau mengambil pasar dalam negeri," katanya lagi.
(Baca: Ekspor Furnitur Indonesia Melemah, Baik Bahan Kayu Maupun Plastik)