Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan masyarakat jadi lebih berhati-hati dalam berbelanja dan cenderung mengurangi pengeluaran. Hal tersebut tercermin dari rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk Indonesia yang menurun 4,27% dari Rp 1,26 juta per kapita per bulan pada Maret 2020 menjadi Rp1,2 juta per kapita per bulan pada September 2020. Namun pengeluara masyarakat 20% atas justru naik saat pandemi meskipun persentasenya kecil, yaitu 0,12% menjadi Rp2,78 juta per kapita per bulan.
Peningkatan pengeluaran di masyarakat 20% atas tersebut berasal dari kelompok pengeluaran makanan sebesar 7,38% menjadi Rp 1,15 juta per kapita per bulan, sedangkan kelompok bukan makanan menurun 4,45% menjadi Rp1,6 juta per kapita per bulan. Berbeda, pengeluaran masyarakat kelompok lainnya justru mengalami penurunan. Rerata pengeluaran masyarakat 40% bawah menurun 2,05% menjadi Rp539,5 ribu. Penurunan ini berasal dari pengeluaran makanan hingga 8,81% menjadi Rp314,5 ribu per kapita per bulan. Sementara pengeluaran yang bukan makanan malah meningkat 9,27% menjadi Rp225 ribu per kapita per bulan.
Adapun masyarakat 40% menengah memiliki pengeluaran sebesar Rp1,078 juta, turun hingga 4,58% dari Maret 2020. Penurunan ini terjadi pada semua kelompok, yakni 6,97% kelompok makanan menjadi Rp 581,3 ribu dan 1,62% bukan makanan menjadi Rp 497,4 ribu.
Berdasarkan data tersebut, hanya masyarakat kelas 20% atas yang memiliki pangsa pengeluaran ketahanan pangan yang baik. Hal ini disebabkan semakin kecil pangsa pengeluaran makanan, maka menggambarkan tingkat kesejahteraan yang semakin membaik. Penduduk tersebut juga dapat mengonsumsi bahan makanan yang berkualitas, seperti yang dianjurkan semenjak kasus pandemi masuk ke Indonesia untuk mengonsumsi makanan yang meningkatkan imun tubuh. Terjangkaunya kebutuhan makanan berkualitas oleh masyarakat 20% selama pandemi meningkatkan pengeluaran pangan mereka.
BPS menyebutkan dalam laporannya bahwa sampel dari Survei Ekonomi Nasional (Susenas) pada September 2020 merupakan sampel yang diambil pada Susenas Maret 2020. Oleh karena itu, dimungkinkan untuk membandingkan perubahan pengeluaran penduduk dari Maret ke September 2020 mengingat periode ini merupakan satu tahun terjadinya Covid-19.
(Baca: Warga Indonesia Alokasikan 49,22% Pengeluaran untuk Pangan)